Thursday, 25 April 2024
HomeBeritaUtar dan Imlek

Utar dan Imlek

Utar adalah petani di Kampung Cipanggulan, Desa Candali, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Dia bersama orang-orang kampung Cipanggulan mengolah lahan pertanian tak beririgasi alias mengandalkan curah hujan untuk bertanam kangkung, bayam dan terong.

Kangkung dan bayam membutuhkan siraman air secara tetap agar bisa tumbuh dengan baik. Bila bibit ditebar maka dengan kecukupan air dalam waktu 20 sampai dengan 22 hari tanaman kangkung atau bayam bisa dicabut dan terjual. Harapan mendapat uang pun terbentang di depan.

Namun, sudah 10 hari cuaca di Cipanggulan panas terik. Tak setetes air hujan jatuh ke bumi. Tetapi Utar dan saudaranya tetap mengolah lahan, membalik, mencacah tanah kering keras dan mengaduknya dengan pupuk sekam kandang ayam.

Utar hanya berharap pada Imlek. Utar sendiri sebenarnya tidak merayakan Imlek (tahun baru Cina 2568). Akan tetapi, dia percaya bahwa saat Imlek hujan akan turun.

Saat saya tanya Utar, mengapa masih mengolah lahan padahal cuaca panas terik, dan musim tidak menentu akibat topan elnina?

Utar mengaku tetap punya harapan bahwa saat Imlek hujan akan turun. “Kan orang Tionghoa juga berdoa, Pak,” ujar Utan yang polos apa adanya.

Pagi 28 Januari 2017, terlihat rintik-rintik air hujan halus di halaman rumah saya. Sontak saya SMS Utar. “Tar, di kebon ujan gak?,” isi sms saya. “Gerimis kecil pak, nanti sore juga hujan gede,” jawab Utar membalas SMS.

Benar saja. Siang hari hujan mulai deras. Bibit yang ditanam Utar mendapatkan siraman hujan. Keyakinan Utar akan turunnya hujan saat Imlek benar adanya.

Dia tidak tunduk dan kalah dengan realita dihadapannya. Padahal selama 10 hari panas terik tanpa hujan.
Dia yakin di Hari Raya Imlek akan turun hujan. Sebab menurutnya orang Tionghoa pasti berdoa agar turun hujan yang identik dengan datangnya rezeki.

Utar memang tidak merayakan imlek. Tetapi dia merayakan turunnya hujan Imlek bersama tanaman sayur kangkung dan bayam.

Enta kawan Utar juga berujar: “Hebat juga ya pawang hujannya nih (orang tionghoa), akhirnya turun juga,” kata Enta.
Enta berpikir hujan turun karena pawang hujan yang dipesan saat Imlek. Namun, apapun sebabnya hujan hari itu akhirnya turun. Itu sesuatu yang diharapkan Utar.

Utar hidup dengan harapan dan percaya kalau Imlek akan turun hujan. Imlek telah jadi berkah buat Utar.
Bagaimana jika setelah Imlek panas terik lagi? “Bersyukur dulu saja, Pak. Akhirnya ada hujan di Imlek ini. Urusan nanti biar Tuhan yang jawab,” kata Utar menjawab pertanyaan saya.

Akhirnya saya cuma bisa manggut-manggut saja.

Selamat Imlek ya Utar….

Sugeng Teguh Santoso, SH

(Sekretaris Jenderal DPN Peradi dan Pendiri Yayasan Satu Keadilan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here