Friday, 26 April 2024
HomeKota BogorKata Pakar Transportasi, Tarif Parkir di Kota Perlu Dinaikkan

Kata Pakar Transportasi, Tarif Parkir di Kota Perlu Dinaikkan

BOGOR DAILY– Polemik kemacetan di kawasan Lapan­gan Sempur menyedot perha­tian Pakar Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indo­nesia (MTI) Djoko Setijowarno. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini imbas dari kurang matangnya perencanaan dalam penataan kota.

Termasuk dalam membangun pusat olahraga gratis warga di Lapangan Sempur. Seharusnya, dengan kondisi kawasan Sempur yang padat,pemerintah sudah inisiatif membangun sistem bawah tanah atau sistem bertingkat.

“Kalau dirasa sudah tidak ada lahan pilihannya cuma itu karena kotanya sempit. Beberapa wilayah seperti di Bandung juga mulai meng­gunakan lahan bawah tanah karena tidak memiliki cukup lahan kosong,” terang Djoko. Menurut Djoko, permasala­han seperti ini kerap terjadi di kota-kota yang terlanjur padat dan tidak menyisakan area ko­song. Sebetulnya, ia melanjut­kan, saat pemkot mulai mem­bangun landmark kota yang kemungkinan akan menjadi daya tarik masyarakat, mereka harus sudah mengantisipasi permasalahan ini.

“Kalau dibilang telat ya bisa juga begitu. Harusnya ketika dibangun sudah bisa dipre­diksi penyelesaian perma­salahan ini akan seperti apa. Jangan pas sudah ramai dan muncul masalah baru sibuk cari solusi,” kata dia.

Meski begitu, sebagai solusi terdekat, ia menyarankan pemerintah berani men­gambil langkah tegas untuk menaikkan tarif 20-40 kali lipat dibanding tarif an­gkutan umum. Ini bertujuan agar penggunaan kenda­raan pribadi berkurang dan masyarakat beralih ke moda transportasi publik.

“Pemkot harus bisa menghi­tung berapa lahan yang dibutuhkan dan di mana titik-titiknya. Untuk tarif parkirnya juga jangan terlalu murah. Bisa dinaikan 20-40 kali lipat dibanding tarif angkutan umum seperti di luar negeri. Jadi orang tidak mau lagi dan memilih menggu­nakan angkutan umum,” kata Djoko kepada Metropolitan, kemarin.

Selain itu, ia juga meminta pemerintah segera memper­baiki moda angkutan umum sesuai standarisasi. Djoko menilai masalah pembe­nahan transportasi umum seharusnya menjadi fokus utama yang harus disele­saikan jika ingin mengurangi kepadatan.

“Akar permasalahannya ada di angkutan umum. Sayang­nya hingga saat ini belum ada kepala daerah yang konsen membenahi sarana transportasi publik. Kalau angkutan umumnya bagus orang-orang juga akan me­milih tranportasi umum dan meninggalkan kendaraan pribadinya,” terangnya.

Hal ini juga senada dengan pandangan Pakar Transpor­tasi lainnya dari Universi­tas Trisakti, Nirwono Yoga. Menurutnya, pemerintah harus berani mengurangi jumlah kendaraan yang masuk ke pusat kota. Bukan hanya angkutan umum tapi juga an­gkutan prbadi. Caranya den­gan menaikkan tarif angkutan melalui e-parking progresif.

“Jadi dibuat sistem bagaima­na kalau itu semakin ke kota semakin mahal. Dan secara bertahap mengurangi parkir on the street. Ini bisa mengurangi kebiasaaan war­ga menggunakan kendaraan pribadi,” tandasnya.