Friday, 29 March 2024
HomeBeritaWaspada! Polisi-polisi Jadi Incaran Bom Teroris

Waspada! Polisi-polisi Jadi Incaran Bom Teroris

BOGOR DAILY– Kapolri Jenderal Tito Karnavian membantah keras ihwal tuduhan sekelompok orang yang menyebut peristiwa di Kampung Melayu, Jakarta Timur, adalah pengalihan isu.

Menurutnya, pelaku Kampung Melayu adalah jaringan sel Mudiriyah Bandung Raya yang dipimpin Jajang. Dia diketahui berkaitan langsung dengan jaringan Bahrun Naim yang pernah melakukan bom Thamrin.

“Jaringan Bahrun Naim merupakan cabang ISIS yang memiliki paham Takfiri yaitu menegakkan ideologi kekhilafahan. Faham Takfiri ini mengajarkan untuk menyerang 2 kelompok yang dianggap kafir yaitu Kafir Harbi dalam hal ini polisi yang dianggap sebagai kafir yang melakukan penyerangan agresif terhadap mereka,” ujar Kapolri dalam siaran persnya, Sabtu (27/5).

Kapolri menambahkan, polisi jadi incaran karena dianggap sebagai antek-antek negara kafir karena negara kita dianggap sebagai negara kafir yang berbeda ideologi dengan dan menentang kekhilafahan.

Tito menyebut, penyerangan terhadap polisi oleh kelompok sel Mudiriyah Bandung Raya sudah dimulai Desember 2016, tapi berhasil digagalkan polisi.

“Bom di Simpang Lima Senen berhasil digagalkan kemudian pelakunya ditangkap ketika bersembunyi di waduk Jatiluhur. Kemudian bom panci yang targetnya Mapolda Jabar dan pos polisi di Taman Pandawa, bom meledak prematur. Pelakunya lari ke kantor Kelurahan kemudian dikejar sekelompok anak SMA, dikepung masyarakat dan pelakunya tertembak mati oleh polisi,” tegas Tito.

Lebih jauh Kapolri menjelaskan, waktu itu sudah terdeteksi nama pelaku Kampung Melayu dalam jaringan sel Ahmad Sukri dan Iwan. Namun mereka paham sistem komunikasi harus hati-hati untuk menghindari dideteksi polisi sehingga kemudian terjadilah Kampung Melayu.

Lantas, kenapa Kampung Melayu yang jadi target?

“Karena ada pos polisi, bukan masalah tempatnya tapi targetnya (calon korban) yang penting polisi yang sedang bertugas yang disebut mereka kafir harbi,” kata Tito.

Terkait tuduhan kelompok masyarakat yang mengatakan polisi kecolongan juga dibantah Kapolri. Menurutnya, dari 100 rencana , 99 berhasil digagalkan. Jika ada satu meledak, itu tetap kemenangan Polri.

Karenanya, Kapolri tidak kaget. Ketika Densus 88 berhasil melumpuhkan di Tuban, kelompok masyarakat akan menganggap itu tugas polisi. Namun ketika terjadi bom, polisi dianggap kecolongan.

“Kelompok ini tidak paham jaringan dan selalu menganggap ini rekayasa polisi. Sutradara Hollywood sehebat apapun tidak akan mampu merekayasa dan membunuh anggota polisi sendiri,” tambahnya.

Sementara itu, terhadap polisi yang menjadi korban bom Kampung Melayu, Polri memberikan penghormatan yang tidak kecil.

“Polisi punya tugas memberantas dan melindungi masyarakat. Polisi yang gugur itu termasuk mati syahid karena berperang dan berjuang di jalan Allah,” pungkas Kapolri.