Friday, 19 April 2024
HomeKota BogorPakai Anting dan Baju Ormas, Ketua DPRD Kota Bogor Dinyinyir

Pakai Anting dan Baju Ormas, Ketua DPRD Kota Bogor Dinyinyir

BOGOR DAILY– Salah kostum (saltum) Untung Maryono saat memimpin sidang paripurna menjadi buah bibir. Bahkan, sehari setelahnya fotonyaberpakaian seragam ormas, sembari pakai anting dan salam hormat ikut dinyinyir lewat meme yang beredar di media sosial.

Atas kejadian itu, Badan Kehormatan (BK) DPRD akan memanggil Untung untuk meminta penjelasan. Ang­gota BK DPRD Kota Bogor dari Fraksi Najamudin mengaku segera menegur atas tindakan kurang baik yang terjadi di tengah jalannya si­dang rapat paripurna tentang penyampaian KUA dan PPAS 2018 serta Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaks­anaan APBD 2016.

“Itu sudah pasti siap. Walau bagaimanapun kan unsur ke­keluargaan lebih diutamakan dari segalanya. Kemudian sudah diingatkan secara in­formal,” ujarnya kepada Met­ropolitan, kemarin.

Najamudin amat menyesa­li kejadian tak elok itu. Dia berharap peristiwa tersebut tak akan terulang ke depan­nya. “Ini jadi pelajaran buat kita, ke depan jangan terulang. Karena bagaimanapun su­asana rapat paripurna sangat formal, sebab dihadiri semua unsur muspida, tokoh masy­arakat dan tokoh pemuda. Bahkan, itu rapat terbuka un­tuk seluruh masyarakat Bogor,” terangnya.

Terkait sanksi apa yang akan dijatuhkan BK kepada ketua DPRD, Najamudin perlu meng­kajinya terlebih dulu. Sebab, pihaknya perlu melihat me­kanisme dan aturan yang berlaku. Apalagi, semua per­masalahan harus diadukan lebih dulu. “Namun karena tadi kita semua menyaksikan langsung, maka sebagai ang­gota BK akan melakukan komunikasi lebih dulu dengan pak ketua secara informal. Secara pribadi, mungkin saya harus komunikasi secara baik dan arif kepada semua pihak,” paparnya.

Sementara itu, Wali Kota Bima Arya menjelaskan, kejadian pada sidang paripurna ini ha­rus menjadi pembelajaran dan evaluasi. Ke depannya jangan sampai terjadi, karena sidang paripurna kegiatan sakral.

“Semoga ada hikmahnya dari kejadian itu. Insya Allah hal seperti ini menjadi pem­belajaran bagi kita semua. Tanpa terkecuali, bagi saya bagi pimpinan DPRD Kota Bogor, untuk menjaga mar­wahnya lembaga DPRD. Sama-sama harus kita jaga,” katanya.

Menurut Bima, dalam sidang paripurna inilah rakyat ber­tumpu, di sinilah secara ter­hormat semua pihak membi­carakan nasib Kota Bogor. “Saya ingatkan mudah-mu­dahan tidak terjadi lagi peris­tiwa seperti ini,” tuturnya.

Kegiatan sidang paripurna DPRD juga harus terus diper­baiki dan dievaluasi. Pemkot Bogor tetap berkomitmen akan tepat waktu setiap mengha­diri sidang paripurna. “Kalau kita selalu on time. Saya juga perintahkan semua jajaran da­tang lebih awal on time setiap sidang paripurna,” katanya.

Sekadar diketahui, Untung W Maryono bikin geger sejum­lah peserta sidang paripurna di gedung DPRD, kemarin. Politisi PDIP itu memimpin sidang paripurna mengguna­kan seragam salah satu orga­nisasi masyarakat (ormas) dengan berbagai atributnya. Sejumlah anggota DPRD pun melayangkan interupsi lanta­ran dianggap tidak etis me­mimpin paripurna mengguna­kan seragam ormas.

Anggota DPRD dari Fraksi Teguh Rihananto langs­ung menginterupsi setelah pimpinan rapat membuka dan membacakan agenda pem­bahasan rapat paripurna. “Interupsi pak ketua, terkait seragam yang digunakan pak ketua, agar paripurna berjalan dengan khidmat, alangkah baiknya pak ketua meng­ganti seragam terlebih dulu,” ujarnya dalam sidang pari­purna, kemarin.

Namun, interupsi tersebut ditanggapi panas oleh Untung. Dia menolak mengganti se­ragamnya. Ia mengaku sudah meminta izin akan memimpin rapat dengan seragam yang dipakainya. Sebab, rapat pa­ripurna dengan kegiatan or­mas yang dipimpinnya ham­pir berbarengan. “Tadi sudah saya sampaikan, saya me­minta maaf dari awal karena menggunakan seragam ini. Tidak ada yang bilang apa-apa, tapi sekarang sudah ber­jalan baru ramai,” terangnya.

Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Syamsuddin Alimsyah yang menyayangkan tingkah laku Untung Maryono.

Menurut dia, seorang ketua DPRD harus bisa menjaga etikanya. Apalagi, ia merupa­kan anggota terhormat. “Se­benarnya pakaian resmi di DPRD itu sudah diatur di tata tertib mereka, terutama dalam rapat tertentu. Itulah sebabnya pakaian resmi DPRD setiap tahun anggaran dialokasikan pengadaan pakaian kedinasan bagi DPRD,” katanya (Metropolitan)