BOGOR DAILY- Meski tidak termasuk wilayah kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tetap waspada. Sebab hingga November 2017 sudah ada sembilan warga Kabupaten Bogor terinfeksi penyakit yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diptheriae atau Difteri ini. Dua di antaranya meninggal dunia.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Tri Wahyu Harini mengatakan, Kabupaten Bogor tidak masuk dalam kategori KLB, namun berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Jakarta yang masuk KLB. Dinkes tetap mengantisipasi penyebaran penyakit difteri. Apalagi, beberapa waktu lalu ada sembilan orang yang menderita difteri dan dua di antaranya meninggal dunia. ”Dari sembilan warga Kabupaten Bogor yang menderita difteri, dua orang di antaranya meninggal di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso Jakarta. Keduanya merupakan warga Kecamatan Citeureup dan Cileungsi,” ujarnya.
Awalnya, menurut Tri, sembilan penderita difteri dirawat di rumah sakit di Kabupaten Bogor. Namun karena ada kekurangan Anti Difteri Serum (ADS) akhirnya ada yang dirujuk di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso Jakarta. Dari sembilan orang yang menderita difteri, ada tujuh orang yang sembuh ketika dirawat di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso Jakarta maupun rumah sakit di kabupaten. “Dua orang lainnya tidak tertolong, walaupun sudah dirawat di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso,” tambahnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Bogor Agus Fauzi menambahkan, difteri termasuk penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diptheriae. Mengantisipasi penyebaran difteri dua bulan terakhir, Dinkes Kabupaten Bogor melakukan suntik vaksin Diferi Tetanus dan sosialisasi pentingnya vaksin serta pola hidup bersih dan sehat. ”Sejak November hingga akhir Desember kami sudah vaksinasi Difteri Tetanus dan memahami pentingnya pemberian vaksin serta pola hidup bersih sehat,” katanya.
Agus mengatakan, penyakit difteri mudah menular dan merupakan penyakit mematikan karena dari segi statistik hanya sedikit penderita yang kembali sehat sedia kala. “Dari segi statistik, apabila penderita difteri sudah keracunan darah dan menyerang organ vital seperti jantung, otak dan saraf, kalau tidak meninggal maka akan cacat,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Bogor Adang Mulyana menjelaskan, difteri sangat mudah menular melalui udara, gesekan kulit dan lainnya. Difteri sangat mudah tertular, seperti melalui bersin penderitanya, adanya gesekan kulit ataupun melalui baju atau handuk yang dipakai si penderita.
Gejalanya berupa sakit tenggorokan, demam dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. “Difteri ini umumnya lebih cepat menular di daerah padat penduduk, seperti Citeureup, Cibinong, Bojonggede, Ciampea, Tenjo dan lainnya,” jelasnya.
Agar bebas dari difteri, sambung dia, masyarakat diimbau vaksinasi Difteri Tetanus secara rutin. Walaupun waktu bayi sudah diberikan vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT), tetap harus mengulanginya dengan vaksin Difteri Tetanus dan Tetanus Difteri agar tidak tertular. “Bagi usia anak-anak kami memberikannya gratis. Sedangkan orang dewasa dikenakan biaya,” pungkasnya.