Bogordaily.net – Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat memperkuat 5 strategi upaya penurunan penyebaran virus corona disease (Covid) – 19, atas adanya prediksi angka pasien Corona tersebut mencapai 11 ribu orang sampai akhir 2021.
“Ada lima strategi, ‘tracing, testing, treatment’, edukasi perubahan perilaku dan vaksinasi, kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor, Dr. Erna saat dihubungi Bogordaily.net, Rabu, 27 Januari 2021.
Dr. Erna mengatakan langkah tracing atau melacak kontak erat serta melakukan karantina maupun isolasi mandiri merupakan cara efektif untuk memutus rantai penularan.
Selain itu, ‘testing’ untuk menemukan kasus positif ditargetkan 1.000 orang menggunakan metode Swab-PCR per minggu. Kemudian ditindaklanjuti dengan ‘treatment’ atau opsi perawatan sesuai kebutuhan pasien.
“Yang OTG dan gejala ringan, bisa isolasi di rumah jika kondisi rumahnya memungkinkan dan pasien dapat disiplin, ” ujar Dr. Erna.
Selama isolasi, kata dia, pasien tetap dilakukan pemantauan oleh kader RW siaga dan Puskesmas. Tetapi yang tidak bisa isolasi di rumah, dirawat di pusat isolasi, sementara pasien bergejala sedang dan berat dirawat di rumah sakit.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan berdasarkan rekomendasi tim epidemiolog kasus positif COVID-19 di daerahnya diprediksi akan mencapai 11 ribu pasien pada akhir 2021.
“Kemungkinan besar di akhir tahun akan ada 11.000 kasus positif akumulasi di Kota Bogor,” kata Bima Arya dalam Update RS Darurat Wisma Atlet: Kesiapan Rumah Sakit Darurat Daerah, di Jakarta, Senin, 25 Januari 2021 yang dikutip Bogordaily.net dari Antara, Rabu, 27 Januari 2021.
Dari kemungkinan penambahan 11.000 kasus tersebut, kata Bima, 20 persen pasien Corona di antaranya akan memerlukan perawatan di ruang intensive care unit (ICU). Untuk mengatasi hal itu, pemerintahannya berupaya menambah jumlah ruang ICU di setiap rumah sakit di daerah tersebut.
“Ini kami hitung dari sekarang. Kami sudah siapkan. Kami prediksikan, nambah di rumah sakit-rumah sakit mana saja. Jadi setiap rumah sakit itu kami cek,” kata Bima.
Jika kemungkinan penambahan ruang ICU di setiap rumah sakit yang ada sudah mencapai batas maksimal, maka penambahan akan dilakukan di beberapa titik lainnya, sehingga kebutuhan ICU di masa mendatang dapat tetap terpenuhi.
“Jadi kalau rumah sakit sudah mentok, baru kami pikirkan di titik-titik mana lagi untuk menambah ICU tadi. Jadi memang kami harus punya modeling, simulasi, untuk memprediksi, sekaligus melakukan perencanaan untuk secara bertahap menambah itu,” ujar dia.
Sementara itu, terkait dengan upaya penelusuran kontak untuk menemukan kemungkinan kasus baru, pemerintahannya menargetkan agar setiap satu kasus positif COVID-19 bisa mendata 20 orang lain yang kemungkinan memiliki kontak erat.
“Kata kuncinya adalah tim surveilans. Jadi kami punya tim khusus, ada 90 orang lebih. Ini bantuan juga dari kementerian anggarannya, yang setiap hari fokus saja untuk melakukan pelacakan. Jadi begitu ada notifikasi dari puskesmas atau dinas kesehatan ada positif, itu 20 orang minimal didapat,” kata Bima, lebih lanjut.***
***