Bogordaily.net – Dikotomi antara Jawa dan non-Jawa dalam kepemimpinan nasional sudah usang dan tak relevan lagi. Hal itu disampaikan analis politik Universitas Paramadina Herdi Sahrasad.
Herdi menyarankan, supaya anak bangsa bisa menggerus primordialisme, feodalisme, dan konservatisme, supaya tidak menjadi katak dalam tempurung.
Dalam kaitan ini, menurut analis politik Herdi, gaya kepemimpinan tokoh nasional seperti Rizal Ramli, yang tidak bersikap konservatif patut mendapat pujian.
Bahkan, gaya kepemimpinan RR sejak lama didukung tokoh NU yaitu mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang berjiwa kosmopolitan dan humanis tulen.
“Siapa yang didukung NU kultural akan menang (bukan semata NU struktural),” kata Herdi kepada awak media, Minggu 7 Maret 2021.
Menurutnya, kalangan santri Nahdliyin dari NU mendukung dan menerima gaya kepemimpinan Rizal Ramli atau akrab disapa Gus Romli tersebut.
“Dia juga alumni kehormatan Pondok Pesantren Gontor dan anggota keluarga besar Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang,” ujar Herdi.
Menurut Herdi, gaya kepemimpinan Rizal Ramli yang mengedepankan transparansi, sebenarnya dicari mayoritas masyarakat Indonesia.
“Memang RR (Rizal Ramli, red) mungkin kurang Jawa untuk kultur Solo-Jogja, tetapi gaya artikulasi dan aksi yang RR lakukan sungguh transparan, jujur, terbuka dan hangat,” sambungnya.
Jangan lupa, kata Herdi, pengalaman pahit getir dalam hidup telah membuat Rizal Ramli bakal memihak kepentingan rakyat kecil.