Bogordaily.net – Atase Pertahanan Indonesia di Manila, Kolonel Marinir Muhammad Reza Suud mengatakan bahwa empat warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf diselamatkan dan akan dipulangkan dengan antuan TNI.
Prestasi TNI dalam Pertahanan Indonesia di Manila berkoordinasi dengan berbagai pihak, akan memulangkan empat WNI korban penculikan tersebut untuk dapat kembali ke tanah air pada Selasa 30 Maret 2021 pukul 10.30 waktu setempat.
“Pesawat akan transit di Singapura dan diperkirakan tiba di Indonesia pukul 22.00 WIB,” ucap Kolonel Reza Suud.
Keempatnya akan kembali ke tanah air didampingi langsung oleh Atase Pertahanan Indonesia sekaligus Kepala Protokol dan Konsuler KBRI Isman Pasha menggunakan pesawat Jet Star.
Ada dua kali pembebasan yang dilakukan aparat gabungan, pada hari pertama berhasil diselamatkan sebanyak tiga orang WNI.
Ketiga WNI tersebut ialah Arizal Kasta Miran berusia 30 tahun, Arsad Bin Dahlan berusia 41 tahun, dan Andi Riswanto berusia 26 tahun. Mereka adalah warga dari Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
“Hasil pemeriksaan dan wawancara langsung Pa ILO dengan 3 WNI korban penculikan kelompok Abu Sayyaf dinyatakan dalam kondisi sehat,” kata Reza Suud dalam siaran pers di Kedutaan Besar RI Manila, Filipina.
Setalah menyelamatkan tiga orang WNI korban penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf, tiga hari kemudian ditemukan satu orang WNI.
Satu orang WNI tersebut bernama Khairuldin Bin Yai Kii yang masih berumur 15 tahun berhasil diselamatkan oleh aparat keamanan Filipina, Armed Forces of The Philippines (AFP), di Pulau Brgy Kalupag, Municipality Languyan, Provinsi Tawi-Tawi.
Diketaui keempatnya berprofesi sebagai nelayan yang diculik sejak 20 Januari 2021 oleh kelompok Abu Syyaf.
Sudah umum bahwa Indonesia, Malaysia dan Filipina sering ada kegiatan melewati batas antar negara di lautan, namun tidak pernah terjadi penculikan WNI oleh perompak yang melakukan aksinya di perairan Kepulauan Sulu karena adanya kedekatan budaya, ras, dan agama.
Penculikan WNI oleh Abu Sayyaf mulai marak setelah pada tahun 2016 pemerintah Indonesia dan pemilik kapal memberi uang tebusan untuk membebaskan WNI yang tidak sengaja ditangkap Abu Sayyaf.