Bogordaily.net – setelah dikecam oleh berbagai negara, Jendral Min Aung Hlaing akhirnya buka suara terkait cara militer Myanmar menangani demonstran yang protes antikudeta, menurutnya protes tersebut menhancurkan negara.
Dilansir dari televisi corong junta pada Rabu 7 April 2021 Min Aung Hlaing menyebut para pembangkang sipil (CDM) telah menyetop kegiatan ekonomi negaranya seperti rumah sakit, kantor, pabril dan lainnya.
“CDM adalah kegiatan menghancurkan negara,” ucapnya dikutip dari Reuters, Kamis 8 April 2021.
Dilansir dari AFP, ia mengatakan bahwa korban yang sebenarnya berjatuhan tidak sebanyak yang dilaporkan oleh media. Data junta mencatat 248 demonstran yang tewas termasuk 16 anggota polisi.
Min Aung Hlaing membantah laporan lembaga terkait tahanan politik AAPP dimana menyebut 598 orang tewas sejak kudeta yang terjadi 1 Februari 2021 lalu, dan sebanyak 2.847 orang ditahan.
Beberapa media lokal melaporkan militer makin gencar menangkap para pemberontak anti kudeta seperti aktivis, dokter, pemuka agama dan selebriti.
Bahkan pemerintah militer merilis 120 daftar selebriti yang buron, salah satu nya penyanyi, aktor dan model top Myanmar, Paing Takhon, yang sedang sakit parah di tangkap oleh militer.
Menurut Kelompok Advokasi AAPP, sejak kudeta militer terhadap Pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 total korban tewas telah lebih dari 598 orang.
Pada Selasa 16 Maret 2021 sebanyak 74 demonstran tewas dalam sehari akibat tembakan membabi buta pihak militer Myanmar.
Negara – negara di dunia pun ikut mengecam kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar kepada masyarakat sipil negara tersebut.
Belum lagi pada Senin, 29 Maret 2021 sebanyak 14 warga sipil tewas, 8 orang di antaranya berada di distrik Dagon Selatan di Yangon.
Pasukan militer Myanmar pun membunuh sedikitnya 114 orang dalam sehari pada Sabtu, 27 Maret 2021.
Salah satunya adalah seorang gadis berusia 13 tahun di Kota Mandalay.
Dari 114 orang itu juga, kelompok masyarakat sipil mengatakan bahwa Jet militer menewaskan sedikitnya 2 orang dalam serangan di desa yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata dari minoritas Karen.
Kini, Para demonstran membuat taktik baru untuk meningkatkan kampanye pembangkangan sipil, pada Selasa, 30 Maret 2021. Demonstran meminta penduduk membuang sampah ke jalan-jalan di persimpangan jalan utama.
Langkah tersebut, tentunya bertentangan dengan seruan yang dikeluarkan melalui pengeras suara di beberapa lingkungan di Yangon dari pihak miiter.
Seruan militer itu mendesak penduduk untuk membuang sampah dengan benar sesuai tempatnya.
selain itu pihak piliter bahkan menyerang rumah ibadah dan seorang dokter yang sempat menentang kudeta.***