Bogordaily.net – Seorang netizen memuji Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli terkait FLNG Prelude Shell yang terancam batal beroperasi.
Menanggapi berita tersebut, salah seorang netizen mengatakan “bravo” terhadap Rizal Ramli.
“Pak RR, You are right again on your argument for Onshore Masela. Bravo !” ujar netizen itu kepada Rizal Ramli di Jakarta, pada Rabu 28 April 2021.
Rizal Ramli mengatakan bahwa, sejak awal dirinya tidak setuju dengan pembangunan kilang minyak di laut atau dilakukan secara terapung.
Mantan Menko Kemaritiman itu lebih memilih membangun kilang minyak di darat (Onshore), pasalnya kilang minyak di darat itu lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kecil.
“Ada pejabat-pejabat yang waktu tahun 2015-2016 ngotot supaya Masela dibuat jadi offshore, hanya karena informasi yang di feed oleh Shell dan Inpex Jepang,” ujar ekonom senior tersebut.
Seperti diketahui, Royal Dutch Shell (Shell) bersama Inpex Jepang berencana membuat FLNG diblok abadi Masela, Maluku. Tapi rencana itu ditolak keras oleh Dr. Rizal Ramli selaku Menteri Koordinasi Kemaritiman waktu itu.
Akhirnya pemerintahan Jokowi setuju terhadap kilang gas Masela diproses di Darat (On Shore), yang berdampak ganda terhadap pertumbuhan wilayah Indonesia Timur.
Sebelumnya, para pengamat mulai mempertanyakan kapal senilai $ 12 miliar bernama Prelude yang seharusnya merevolusi industri gas alam cair (LNG).
Prelude yang dibangun oleh Royal Dutch Shell, dirancang untuk berpindah dari satu ladang gas lepas pantai ke ladang gas lainnya, untuk menghindari kebutuhan akan struktur dan jaringan pipa lepas pantai yang mahal ke fasilitas pemrosesan gas berbasis pantai, dilansir dari forbes.com pada Senin 26 April 2021 lalu.
Teorinya tetap utuh tetapi hasil praktisnya tidak menggembirakan, yang merupakan salah satu alasan mengapa rencana awal Shell untuk membangun armada kapal LNG terapung, yang secara teknis diklasifikasikan sebagai tongkang, telah ditunda.
Berita dari Shell tentang Prelude, kapal berbobot 600.000 ton yang ditambatkan 300 mil di lepas pantai barat laut Australia, sangat minim sejak biaya konstruksi meningkat tajam.
Pemasangannya telah tertunda selama bertahun-tahun, dan upaya berulang untuk memulai produksi gagal karena masalah peralatan.
Hasil akhirnya adalah bahwa eksperimen berani yang dimulai dengan membangun tongkang yang lima kali lebih besar dari kapal induk terbesar AS, telah memalukan Shell dan meredam teori produksi LNG terapung.
Secara finansial, Prelude juga terbukti menjadi beban berat bagi Shell yang terpaksa menghapus sebagian besar biaya konstruksi, sementara tidak pernah mengakui bahwa eksperimen tersebut telah gagal. Adv