Bogordaily.net – Palestina akan melakukan pemilihan legislatif pertama setelah 15 tahun, pejabat setempat telah mengumumkan 36 daftar kandidat yang sudah dusetujui untuk mencalonkan diri.
Pemungutan suara legislatif ini rencananya akan dilaksanakan pada 22 Mei 2021 dilakukan sebelum pemilihan presiden pada 31 Juli 2021 yang mana bagian dari upaya gerakan dominan Palestina – Fatah dan Hamas – untuk meningkatkan dukungan internasional bagi pemerintahan Palestina.
Nama-nama individu di setiap daftar akan dipublikasikan pada hari Selasa, tetapi komisi pemilihan Palestina mengumumkan di situs webnya pada hari Minggu bahwa mereka telah menyetujui semua 36 kandidat.
Gerakan Fatah Presiden Mahmoud Abbas, yang mendominasi Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, bersaing dalam pemilihan, seperti halnya Hamas, yang telah menjalankan blokade Israel di Jalur Gaza sejak 2007.
Fatah menghadapi tantangan dari faksi-faksi pembangkang atau pemberontak termasuk daftar Kebebasan, yang dipimpin oleh Nasser al-Kidwa, keponakan almarhum pemimpin Palestina Yasser Arafat.
Kebebasan telah didukung oleh Marwan Barghouti, seorang pemimpin populer yang menjalani hukuman seumur hidup di Israel karena diduga mengatur serangan mematikan selama Intifada (pemberontakan) Palestina kedua dari 2000-2005.
Mantan kepala keamanan Gaza Abbas, Mohammed Dahlan, yang saat ini berada di pengasingan di Abu Dhabi, juga mendukung daftar penantang.
Mantan perdana menteri Palestina, Salam Fayyad, mantan pejabat Bank Dunia dengan rekam jejak pemberantasan korupsi, mendukung yang lain.
Sementara Fatah dan Hamas telah mencapai kesepakatan agar pemungutan suara berlangsung di Tepi Barat dan Gaza, kemampuan warga Palestina di Yerusalem Timur yang diduduki untuk memilih tetap tidak pasti.
Israel melarang semua aktivitas politik Palestina di Yerusalem, tetapi para pemimpin Palestina bersikeras pemungutan suara diadakan di timur kota, yang mereka klaim sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.
Menghadapi pemilihan pertama nya setelah 15 tahun, anak muda Palestina menuntut reformasi dalam pemilihan parlemen dan presiden akhir tahun ini.
“Kami menyebut diri kami generasi yang diabaikan karena kami belum diberi ruang dalam sistem politik untuk berpartisipasi dan suara kami didengar,” kata Salem Barahmeh dari gerakan pemuda Jeel Al-Tajdeed Al-Democraty, atau Generasi untuk Pembaruan Demokratis dikutip dari Al Jazeera ***