Bogordaily.net – Militer Myanmar dan demonstran antikudeta Aung San Suu Kyi saling tukar tawanan yang sudah terjadi pada 1 Februari 2021.
Demonstran membebaskan 7 polisi di kota Kalay wilayah Sagaing pada Jumat 2 April 2021, sementara sebanyak 9 warga sipil dibebaskan militer Myanmar sebagai tukarnya.
Pertukaran tersebut adalah yang pertama kalinya dilaporkan di negara itu sejak militer Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari.
Dilansir dari Myanmar Now seorang pengunjuk rasa dari kamp protes Tarhan Kalay mengatakan pihak lain telah menawarkan untuk melakukan pertukaran.
Sembilan tahanan yang dibebaskan berasal dari total sekitar 40 warga sipil yang telah ditahan di kota itu sejak 7 Februari, tambahnya.
“Kesembilannya adalah orang yang telah ditangkap karena melanggar jam malam yang diberlakukan oleh militer. Mereka tidak terlibat dalam protes, ”katanya seorang penduduk setempat kepada Myanmar Now.
Namun masyarakat mengatakan bahwa militer Myanmar masih menahan rekan – rekan lain yang ditangkap saat melakukan demonstrasi.
“Mereka masih menahan rekan-rekan kami yang ditangkap saat protes. Kami ingin mereka dirilis juga,” katanya.
Para demonstran berhasil menangkap empat petugas polisi yang berpakaian preman setelah berhasil memasuki lokasi demonstrasi Tarhan pada Rabu 31 Maret 2021.
Dan menurut pengakuan warga tiga orang polisi Myanmar yang lain tertangkap beberapa hari berikutnya.
Demonstran mengaku bahwa meski menahan ketujuh polisi namun mereka memperlakukannya dengan baik dan tidak melakukan tindakan kekerasan.
“Kami memperlakukan mereka dengan baik. Tidak ada pemukulan. Kami mengikat [tangan mereka] untuk alasan keamanan tetapi melepaskan ikatan mereka saat mereka makan, ”ucap Demonstran Kalay.
Demonstran mengatakan bahwa mereka memperlakukan dan melihat polisi tersebut sebagai seorang manusia.
“Kami melihat mereka sebagai manusia,” ucapnya.
Menurut Kelompok Advokasi AAPP, sejak kudeta militer terhadap Pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 total korban tewas telah lebih dari 536 orang.
Pada Selasa 16 Maret 2021 sebanyak 74 demonstran tewas dalam sehari akibat tembakan membabi buta pihak militer Myanmar.
Negara – negara di dunia pun ikut mengecam kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar kepada masyarakat sipil negara tersebut.
Belum lagi pada Senin, 29 Maret 2021 sebanyak 14 warga sipil tewas, 8 orang di antaranya berada di distrik Dagon Selatan di Yangon.
Pasukan militer Myanmar pun membunuh sedikitnya 114 orang dalam sehari pada Sabtu, 27 Maret 2021.
Salah satunya adalah seorang gadis berusia 13 tahun di Kota Mandalay.
Dari 114 orang itu juga, kelompok masyarakat sipil mengatakan bahwa Jet militer menewaskan sedikitnya 2 orang dalam serangan di desa yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata dari minoritas Karen.
Kini, Para demonstran membuat taktik baru untuk meningkatkan kampanye pembangkangan sipil, pada Selasa, 30 Maret 2021. Demonstran meminta penduduk membuang sampah ke jalan-jalan di persimpangan jalan utama.
Langkah tersebut, tentunya bertentangan dengan seruan yang dikeluarkan melalui pengeras suara di beberapa lingkungan di Yangon dari pihak miiter.
Seruan militer itu mendesak penduduk untuk membuang sampah dengan benar sesuai tempatnya.***