Bogordaily.net – Sungai Pansiangan, Sungai Sedalir, Sungai Sulon Kabupaten Nunukan dan Sungai Mentarang (LongBerang/Pa Berang) Kab Malinau Indonesia sedangkan Sungai Sook, Sungai Pegalan(Keningau), Sungai Tumani, Sungai Padas serta Long Pasia (Tenom) Sabah Malaysia juga banjir bandang bersamaan. Kok bisa?
Berikut penjelasannya secara geografis!
Sungai Sembakung bermuara di laut Sulawesi, penamaan Sungai Sembakung, dari muaranya hingga di Labang (Perbatasan RI-Malaysia).
Di Labang Sungai Sembakung berubah nama, karena bercabang dua menjadi sungai Sadalid dan sungai Pansiangan (Panjiangan, dalam perjanjian Belanda-Inggris 1915 sebagai mana tertulis dalam verslag Der Commisse 1912).
Sungai Sedalid mengarah ke Tau-Lumbis dan kira-kira 10 Km dari Tau Lumbis, Sungai Sedalid bercabang menjadi Sungai Sulon sebelah kiri dan Sungai Sedalir sebelah kanan.
Sungai Sulon, mengarah ke Krayan dan bersebelahan dengan Sungai Berang (Pa Berang), Sungai Kinaja yang bermuara di Sungai Mentarang Kab. Malinau.
Selanjutnya mengalir ke Sungai Sesayap, bermuara di depan Pulau Tarakan (seberang Juwata) dan Long Pasia Sabah Malaysia (sebelah Utara).
Sungai Sulon, Sungai Berang (Pa Berang), Sungai Sulon bertemu dengan Sungai Sedalir di mana Sungai Sedalir berubah di sebelah Malaysia, setelah melewati batas negara dengan nama menjadi Sungai Sakikilu, Sungai Tolokosan.
Sungai Nalasakan Butul mengalir menjadi Sakikilu dan Sungai Nalasakan Butul berasal dari pegunungan Arundum yang bersebelahan dengan Sungai Padas (Aporos) Tumani yang mengalir di Wilayah Tenom Sabah Malaysia (Bandar Tenom).
Selanjutnya Sungai Pansingan dari Labang (Perbatasan RI-Malaysia), sampai ke Pagalungan Ibu Kota daerah kecil Pagalungan Sabah Malaysia.
Kemudian Sungai Pansiangan bercabang dua dengan nama Sungai Tahol dan Sungai Logongon.
Sungai Tahol bercabang lagi dimukim Pesingan (Malaysia) menjadi Sungai Tahol dan Sungai Saliu.
Sungai Tahol mengarah ke arah Sungai Sedalir dan Sungai Saliu mengarah ke Salinatan dan Sepulut.
Kemudian Sungai Logongon bercabang disalung dengan sungai Salung dan Pampangon.
Dari muara Sembakung, perahu besar dengan kapasitas 3-4 ton bisa sampai di Salung yang sebelumnya di Agis dan setelah itu tidak bisa di lalui lagi, karena Sungai Pampangon memiliki batu-batu besar, sehinga sulit dilalui perahu (ada hubungannya dengan mitos batu punggul yang mana masyarakat setempat meyakini lokasi tersebut rebahnya Batu Punggul).
Selanjutnya sungai Pampangon (Pampang), berubah nama lagi menjadi Talangkai di daerah Sepulut dan bercabang lagi dengan Panawan. Banyak sungai bertemu diantaranya Balaron, Sinsingon, dll.
Di sini ada kampung-kampung besar (kota kecil) yaitu Padang, Sinsingon, Baloaron, Panaban. di sungai ini kembali lagi bisa menggunakan perahu mesin tempel (longbut) dengan kapasitas paling besar 2 ton dan sungai Talangkai atau Lotong memiliki cabang besar, yaitu Sungai Panawan dengan hulu Bandar Nabawan, yang berhulu (berpusat) di pegunungan Tua Tiagang Sinsilog (bahasa Murut Paluan), yang artinya Tulang Rusuk Naga.
Karena bentuk gugusan pegunungan Tiagang Sinsilog menyerupai bentuk Naga, yang terbentang dari gugusan pegunungan tinggi sebagai watershed utama, yang bersambung dengan pegunungan tinggi Rundum di Tenom.
Bentangan pegunungan ini pembagi aliran sungai (watersheed) ke selatan dan ke utara (pantai barat Sabah) di mana Sungai Sook, Sungai Pegalan, Sungai Tumani dan Sungai Padas.
Termasuk Long Pasia mengalir ke Pantai Barat Sabah dan juga pembagi sungai Pinango, Kuamut, Inarat, yang kemudian mengalir ke Sungai Melabuk yang kemudian mengalir ke Sungai Kinabatangan yang bermuara diantara Sandakan dan Laha Datu dibagian pantai timur Sabah.
Tiagang Sinsilog membagi sungai ke Indonesia (selatan), Ke Pantai Barat Sabah (Utara atau ke Laut Cina Selatan) dan Ke Pantai Timur Sabah (Ke Laut Sulu).
Demikian ulasan yang dapat saya share kepada teman-teman pembaca semoga bermanfaat dan juga bermanfaat untuk para pengambil kebijakan.
Penulis: Plt Camat Lumbis Pansiangan, Kabupaten Nunukan, Lumbis S.Sos,.