Saturday, 23 November 2024
HomeBeritaPengabdian KH Sanusi Baco di NU Sampai Pengalamannya Bersama Gus Dur

Pengabdian KH Sanusi Baco di NU Sampai Pengalamannya Bersama Gus Dur

Bogordaily.net – Masyarakat Sulawesi Selatan pasti mengenail istilah Anre Gurutta, biasanya istilah ini ditujukan kepada tokoh Ulama yang telah menempati status sosial yang sangat tinggi dan telah mendapat kedudukan terhormat di mata masyarakat Bugis Makassar.

Salah satunya Anre Gurutta Kyai Haji (KH) Sanusi Baco Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan.

Anre Gurutta KH Sanusi Baco adalah ulama kharismatik, pemimpin spiritual masyarakat di Sulawesi Selatan.

Selain menjadi Rais Syuriyah, Gurutta juga dipercaya sebagai Ketua MUI Sulawesi Selatan, Ketua Umum Yayasan Masjid Raya Makassar serta mengasuh pesantren Nahdlatul Ulum, salah satu Pesantren milik Nahdlatul Ulama di Kabupaten Maros.

Gurutta Sanusi Baco lahir di Maros, 4 April 1937 dengan nama Sanusi, putra kedua dari enam bersaudara dari seorang ayah bernama Baco.

Pada zaman Jepang, Sanusi kecil menjadi perawat kuda tentara Jepang di Maros, sementara ayahnya adalah seorang mandor.

Gurutta Sanusi Baco kala muda menyempatkan nyantri dari beberapa guru di desanya, lalu melanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Mangkoso, Barru, selama 8 tahun.

Setelah lulus Aliyah tahun 1958, Gurutta Sanusi Baco hijrah ke Makassar dan mengajar di beberapa tempat.

Gurutta Sanusi Baco sempat menjadi Sarjana Muda (BA) di Universitas Muslim Indonesia.

Kemudian setelah selesai, Sanusi Baco yang juga tokoh pendiri PMII di Sulawesi Selatan mendapatkan kesempatan beasiswa dari Departemen Agama Republik Indonesia untuk kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Sebagaimana yang sering diungkapkan Gurutta, ketika memberikan dakwah di hadapan warga Nahdliyin, sewaktu perjalanannya dari Indonesia ke Mesir menaiki kapal, di saat itulah beliau berjumpa dengan KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab dipanggil Gus Dur.

Gurutta Sanusi dalam perjalanan ke Mesir itu mendapatkan kesempatan mendengar cerita dari Gus Dur.

Dirinya heran, Gus Dur selama sebulan penuh tiap harinya bercerita di hadapannya dengan topik yang berbeda.

Demikian Gurutta Sanusi mengenang pertemuannya dengan Gus Dur,berawal dari persahabatannya membuat Gurutta Sanusi Baco bertekad untuk berkhidmah di NU.

Setelah kembali ke Makassar, aktifitasnya adalah mengajar di Universitas Muslim Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Gazali (sekarang UIM) dan mulai berkeliling berdakwah dan mendirikan Sekolah Tinggi Al-Gazali Cabang STAI Al-Gazali di Makassar, serta sebagai Dosen Tetap di Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar.

Di usia 78 tahun saat ini Gurutta Sanusi Baco setia berkhidmat di Nahdlatul Ulama, selain itu aktif mengabdikan dirinya untuk memajukan pendidikan Nahdaltul Ulama sebagai Ketua Umum Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar.

Yayasan tersebut yang menaungi Universitas Islam Makassar sebagai satu-satunya, Perguruan Tinggi milik Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan.

Selain mengabdikan dirinya di Universitas Islam Makassar, Gurutta Sanusi masih aktif berdakwah dan memberikan nasehat kepada masyarakat Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2012 Gurutta Sanusi Baco dianugerahkan Doktor Honoris Causa dalam bidang Hukum Islam atau fiqh, di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here