Bogordaily.net – Peningkatan kasus Covid-19 di Kota Bogor membuat hal ini menjadi yang serius. Pasalnya, terdapat penambahan 65 orang positif Covid-19 dari kluster pesantren dan 11 orang dari kluster tenaga kesehatan Puskesmas Kayumanis.
Terkait hal itu, Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor Endah Purwanti menanggapinya seusai menghadiri rapat kordinasi Satgas Covid-19 di Taman Ekspresi, Kota Bogor, Selasa (8 Juni 2021).
Endah mengatakan, Pemkot Bogor sudah seharusnya memaksimalkan penggunaan Peraturan Daerah (Perda) Ketertiban Umum (Tibum) yang mengatur terkait penanganan pandemi.
“Pemaksimalan tersebut mulai dari langkah penanganan hingga sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang melanggar. Sehingga Pemkot Bogor tetap menegakkan perda tersebut untuk menekan angka penyebaran dan mencegah munculnya klaster baru,” ujar Endah Puwanti dikutip ayobogor.com Rabu, 9 Juni 2021.
Endah menambahkan bahwa semenjak munculnya klaster baru, tingkat ketersediaan kasur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Kota Bogor mulai mengalami peningkatan. Bahkan dari catatannya, keterisian kasur di RSUD Kota Bogor sudah mencapai 40%.
“Memang kondisi BOR rumah sakit itu sudah mulai naik angkanya. Bahkan RSUD saat ini sudah diangka 40%,” ujarnya.
Sebagai bagian dari DPRD, ia pun berharap Pemkot Bogor betul-betul menegakkan Perda Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Tibum ini. Karena disitu jelas dikatakan tentang penanganan pandemi hingga sanksi.
Endah pun meminta aparat di wilayah tingkat kecamatan masing-masing bisa memaksimalkan pemberlakuan PPKM Mikro. Serta dengan tidak ragu untuk mengambil kebijakan sebagai upaya untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
“Kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan semenjak lebaran silam mulai mengalami penurunan sebanyak 10 persen. Hal itu menjadi perhatian serius karena bisa menjadi penyebab munculnya penularan dan klaster baru,” ucap Endah.
Mengenai adanya klaster pesantren dan puskesmas, Endah Puwanti menyatakan sudah mengambil langkah dengan meminta pihak Dinas Kesehatan Kota Bogor agar melakukan tracing dan swab PCR secara masif.
Hal tersebut guna mencegah terjadinya penularan lebih luas, seperti yang terjadi di Griya Melati yang jangan sampai terulang kembali.***