Bogordaily.net – Tokoh nasional Rizal Rimli menilai Pemerintah memberikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sembako dan sekolah, tak lagi memiliki tujuan untuk memperbaiki Indonesia seperti janji yang disampaikan kepada masyarakat.
Mantan Menteri Ekonomi Indonesia Rizal Ramli menyebutkan, terdapat dua sektor tersebut sedang mengalami kesulitan yang sangat mendalam.
“Ini memukul perasaan bangsa Indonesia, bagaimana tidak, buat makan saja masyarakat kita susah, kok bisa-bisanya sembako dikenakan PPN, begitu juga sekolah,” dikutip dari bicaralahcom.
“Kamu kebayang gak, di desa-desa sana, belum tentu orang bisa beli HP yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan online, karena ekonomi kita sedang terpukul, nah ditambah lagi dengan adanya PPN sembako justru makin lengkap sudah penderitaan rakyat kita,” katanya.
Kemudian Rizal menceritakan mengenai apa yang dialami di era saat Gusdur memimpin Indonesia, dan dirinya menjadi salah satu bagian dari menteri kabinet Gusdur.
“Memang awalnya Gusdur menerima warisan perekonomian dari Habibie dalam kondisi growth masih minus (-) 3 persen pada September 1999.
Ketika diukur lagi di akhir tahun 1999, hampir 3 bulan tim ekonomi bekerja, pertumbuhan ekonomi sudah di level 0,7 persen (melompat 3,7 persen),” jelasnya.
Lanjut Rizal, dalam kurun waktu setahun berikutnya, di tahun 2000 perekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen (melompat 4,2 persen).
Di tahun 2001, meskipun Gusdur dimakzulkan di pertengahan tahun krisis politik tersebut, rata-rata growth di akhir tahun masih di level 3,6 persen.
Dua kali lompatan growth tersebut dilakukan tim ekonomi Gusdur dengan sambil mengurangi beban utang. Sebuah kondisi yang pasti sangat sulit dilakukan, oleh tim ekonomi kabinet-kabinet setelah atau sebelum Gusdur.
“Selama era Gusdur, tim ekonomi sukses mengurangi beban utang sebesar USD 4,15 miliar,” pungkasnya.***