Saturday, 20 April 2024
HomeBeritaSelalu Dikaitkan, Benarkah Musik Reggae Identik dengan Ganja?

Selalu Dikaitkan, Benarkah Musik Reggae Identik dengan Ganja?

Bogordaily.net – Bagi kebanyakan reggae atau juga disebut orang sebagai atau yang dikenal dengan rambut gimbal, musik yang rusuh, urakan, kriminal, pengguna atau pun hal negatif lainnya.

Meski begitu, masih banyak penggemar dari musik yang terlahir di akhir tahun 1960-an. Tetapi, benarkah reggae ini selalu berkaitan dengan ?

Stigma itu sudah melekat jauh ketika musik reggae semakin populer, pada awalnya lahir dari jalanan Getho sekitar tahun 1960 di Kingston, ibu kotanya Jamaika sebagai perkampungan kaum ratafaria yang menginovasi pertama kali rambut gimbal bagi orang-orang berkecimpung di musik ini ataupun penggemarnya.

Kata reggae ini berasal dari kata Ragged yang berarti kasar. Namun, kasar disini seperti halnya hentakan badan pada orang yang menari dengan iringan musik.

Iringan pada musik reggae juga dibawa dari asal musik R&B, Soul, Rock, serta juga dari musik rakyat Jamaika yang kebanyakan menyebutnya mento dengan irama memang asalnya dari dari Afrika.

Reggae tidak bisa terpisahkan dengan gerakan anti penindasan dan perbudakan kaum Afrika, di tanah Jamaika pada saat itu.

Karena itu pula musik reggae lahir dengan aliran dan filosofi berbeda. Filosofi tentang perdamaian dan kehidupan adil yang diajarkan oleh .

ini ternyata berbeda dengan Raggae yang sebagai jenis aliran musik pada waktu itu.

merupakan sebuah gerakan agama baru untuk menyampaikan aspirasi penduduk miskin, disaat perbudakan di Jamaika oleh kolonial Inggris.

Karena hal itu, munculah sebuah gerakan agama baru ini yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar dari Ehiopia yang juga dianut sebagai raja.

Pada masa perkembangannya, justru reggae dan mempunyai peran penting pada kondisi kala itu.

Sebagai tempat menampung maupun menyampaikan aspirasi lewat tantunan musik kepada pemerintah di zaman perbudakan. Dari ajaran agama baru tersebut, tak jarang menjadi perantaranya.

Ganja ternyata sudah banyak terdapat di wilayah berkembangnya musik reggae tersebut. Tetapi hal itu digunakan sebagai obat atau dicampur dengan rokok.

Digunakan untuk memperoleh kebijaksanaan maupun bagian dari ritual keagamaan untuk mendekatkan diri pada Jah atau Tuhan.

Dalam arti lain, ganja dipergunakan agar mendapat rasa sungguh-sungguh dalam ibadah mereka.

Lantas, mengapa di tanah air tercinta ini ganja selalu dikaitkan dengan musik reggae?

Menurut dari berbagai sumber, hal itu dikarenakan banyak yang belum memahami dari filosofi raggae itu sendiri.

Banyak penikmatnya pun yang hanya seolah-olah ikutan bertingkah laku gaya hidup negatif, padahal awal mula perkembangan musik ini bukan seperti itu.

Walaupun tidak ada latar belakang yang melahirkan musik reggae ini untuk bersikap arogan, tidak adil, ataupun mengajarkan untuk hidup dengan gaya negatif, salah satunya dengan mengonsumsi ganja untuk hal senang-senang atau cuma-cuma.

Sebenarnya yang jadi poin penting dalam musik ini bukanlah soal tentang ganja, namun tentang setiap arti yang tersirat dalam lantunan lirik musik ini.

Makna yang dicurahkan sebagai aspirasi, perdamaian, bukan untuk mengonsumsi alkohol, mabuk, ataupun menggunakan narkoba.

Menurut sejarahnya, pada kalabitu kaum memang mengonsumsi ganja. Akan tetapi hal tersebut disesuaikan masa mereka.

Kaum melakukan sebab dianggap sebagai simbol penghormatan pada tuhannya, serta sebagai media dalam mencapai kekhusyukan dalam melakukan ibadah bagi kaum yang menganutnya.

“Reggae bukan ganja. Bob marley ngisep ganja untuk pencerahan. Praktek ini dimulai dari kepercayaan Hindu Sadhu dalam membantu mediasi,” ujar Ras Muhamad, penyanyi populer dan tokoh bersejarah bagi perkembangan musik reggae Indonesia.

Walaupun musisi reggae yang terkenal pada waktu itu pernah terlibat dalam hal mengonsumsi ganja, sejatinya musik ini bukanlah sebagai hal identik ganja dengan pandangan gaya negatif.

Maka, mengetahui seluk beluk termasuk filosofi suatu hal sangat lah penting. Terlebih jangan hanya mengandalkan penilaian dari orang lain terhadap suatu budaya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here