Bogordaily.net – Warga negara Indonesia memperingati hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni. Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia.
Kelahiran Pancasila tidak lepas dari peran sentral tokoh sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Sebelum menerima rumusan Pancasila, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari melakukan tirakat atau menjalani laku spiritual dengan memohon kepada Allah Ta’ala untuk mencapai tujuan atau sesuatu hal yang diinginkan.
Tirakat tersebut di antaranya dengan menjalankan Puasa selama tiga hari, mengkhatamkan Al Qur’an dan Shalat Istikharah serta membaca surat Al Kahfi.
Berikut ritual lengkap KH Hasyim Asy’ari saat menerima rumusan Pancasila.
” Ketika Pancasila Datang Kepadaku. Aku meminta petunjuk Allah Dengan puasa tiga hari, mengkhatamkan Al-Qur’an dan membaca Al Fatihah sampai pada ayat ‘iyya kana budu waiya kanastain’ aku baca 350 kali. Setelah puasa tiga hari aku lanjutkan Shalat Istikhoroh dua rakaat, pada rakaat pertama aku baca surat At Taubah 41 kali , rokaat kedua surat Al Kahfi 41 kali. Sebelum tidur aku membaca ayat terakhir surat Al Kahfi 11 kali. Maka Aku Ridho. Pancasila sebagai dasar perekat bangsa dan menjadi ideologi Negara Indonesia”. Dikutip dari Dakwah NU.
Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud mengatakan bahwa Pancasila yang saat ini menjadi dasar negara Indonesia sudah disetujui oleh Kyai-Kyai NU dan juga Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
” Pancasila saat ini disetujui oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan kyai-kyai NU melalui istikharahnya. Pembuatan dasar negara itu juga tidak terlepas dari arahan dan saran dari Hadratussyaikh dan kyai kyai NU,” ungkapnya.
Pada Muktamar NU ke 25, dibuat sebuah keputusan dari hasil musyawarah yang dihadiri oleh sebelas Kyai sepuh NU dalam menentukan tokoh yang akan memimpin NKRI ini. Hal itu tertuju kepada dua nama besar yakni Soekarno dan Hatta.
Kyai Marsudi menjelaskan bahwa dari hasil musyawarah tersebut Soekarno terpilih dengan sepuluh suara dan Hatta satu suara. Namun akhirnya keduanya dijadikan Dwitunggal dalam memimpin NKRI ini yakni Presiden dan Wakil Presiden.
Setelah ditetapkan negara Pancasila ini, maka hukum menjaga Tanah Air Indonesia adalah wajib. Sebab landasan utama beribadah dengan baik adalah negara yang aman.
” Inti bernegara adalah fasilitas kemakmuran negara untuk menggerakan keimanan,” katanya.
” Hadratussyaikh membuat jargon Hubbul Wathon Minal Iman, Bela negara bagian dari Iman untuk membuat negara yang aman dan makmur,” tegasnya.***