Bogordaily.net – Keputusan pemerintah untuk memperpanjang penerapan Pemberlakukan Penerapan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga 25 Juli 2021 mendatang tidak lepas dari data yang menunjukkan trend penurunan orang yang terpapar Covid-19 di Indonesia belum berakhir.
Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat masih harus berjuang keras untuk melandaikan grafik orang yang terpapar virus ini dari bumi pertiwi. Bahkan, sejumlah negara telah menerapkan kebijakan evakuasi terhadap warganya dari Indonesia, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. (kompas, 19 Juli 2021)
Sedikitnya ada 3 (tiga) premis mayor yang mendasari negara-negara itu untuk menarik pulang warganya yaitu, (1) belum maksimalnya pemeirntah Indonesia dalam menangani pandemi, (2) Perduli dan menyayangi warganya dan (3) menunggu melandainya badai Covid-19 dan kembali memperkenankan warganya ke negara lain.
Penulis beranggapan, melalui 3 (tiga) premis tadi pembaca bisa menarik kesimpulan sendiri terhadap persoalan kekinian yang dihadapi Indonesia.
Secara domestik, tingginya tingkat warga yang terpapar Covid-19 khususnya varian Delta disebabkan belum terciptanya herd immunity (kekebalan populasi) akibat belum meratanya program vaksinasi dan ketatnya pelaksanaan prokes (masker, cuci tangan dan menjaga jarak).
Bahkan, Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas Evaluasi PPKM (19 Juli 2021) di Istana Merdeka sempat murka kepada para pembantunya dan mempertanyakan “mengapa sulit sekali mendistribusikan vaksin ke seluruh pelosok Indonesia?, padahal kita punya sumber daya lengkap untuk itu?” tanya Presiden kepada para menterinya.
Kemudian presiden bertanya kembali “tolong dilihat betul angka-angkanya, saya melihat sudah 137 juta vaksin yang masuk ke Indonesia, sementara baru 54 juta yang disuntikkan, Minggu depan akan masuk lagi 2 juta vaksin, kita harus cepat,” kata Presiden dengan tegas.
Sementara dari pantauan grassroot ke beberapa titik, antusiasme warga untuk ikut vaksin cukup tinggi, karena telah melihat langsung banyaknya kerabat, saudara dan anggota keluarga yang wafat karena terpapar Covid-19.
Memang harus diakui masih banyak warga yang tidak percaya dengan pagebluk Covid-19, namun dengan penuhnya Rumah Sakit dan pemakaman khusus Covid-19 paradigma ini pun bisa lenyap dengan sendirinya.
Nah sekarang soal distribusi dan teknis penyuntikkan kepada warga Indonesia, penulis berasumsi dengan kerja marathon segera masalah ini bisa diselesaikan dengan baik dan tuntas..tas…tas. Sekarang urusan vaksin, dalam beberapa tulisan sebelumnya penulis telah memberikan hipotesa bahwa “Indonesia telah masuk dalam lingkaran geopolitik vaksin”. (https://redaksi.bogordaily.net/2021/07/geopolitik-vaksin/)
Untuk menganalisa lebih dalam lagi kita masukkan komenter Bill Gates yang dalam satu wawancara tahun 2015 pernah keceplosan dengan mengatakan “dalam waktu dekat dunia akan terserang oleh satu wabah virus pernafasan yang dahsyat dan beberapa waktu kemudian akan timbul lagi varian yang lebih dahsyat,” kata Gates.
Keceplosannya Gates dalam satu wawancara itu tentu dianggap angin lalu oleh warga dunia. Namun, sejak awal 2019 orang mulai percaya omongan Gates menjadi kenyataan dan mengaitkannya dengan “bagaimana mungkin Gates bisa mengatakan hal tersebut?”
Analis ekonomi dan politik kemudian banyak mengumbar hipotesa dan asumsi dalam berbagai jurnal dan media, hal ini terkait dengan perseteruan ekonomi antara AS versus Tiongkok, dimana dalam beberapa dekade terakhir AS harus hancur lebur dan tidak ada jalan lain, kecuali melakukan restart ekonomi dunia dengan melumpuhkan dunia.
Melumpuhkan dunia dapat dengan mudah dicapai dengan membuat seluruh warga bangsa-bangsa untuk hanya tinggal di rumah dan tidak melakukan kegiatan apapun, tidak bersentuhan dengan apapun, kecuali melakukannya dalam dunia maya.
Terbukti saat pandemi ini bisnis sektor online yang terus berjalan dan menumbuhkan konglomerat-konglomerat baru di tengah hempasan varian baru virus Covid-19. (kompas 17 Juli dan 23 Juni 2021, CNN 20 Juli 2021). Harus diingat, Gates adalah pencipta sekaligus pendiri Microsoft dan beberapa platform lain dalam bisnis online!!
No Free Lunch
Satu-satunya jalan untuk “mengurangi” bukan menghilangkan dampak pandemi adalah dengan menyuntikkan vaksin bagi setiap insan yang hidup di dunia ini.
Bayangkan, jika sebotol vaksin dijual dengan harga 10 dolar AS saja serta dikalikan dengan 8 miliar penduduk dunia maka keuntugan yang bisa diraih sebesar 80 triliun dollar AS.
Itu ilustrasi sederhana saja, harga tentunya diatas banderol yang ditetapkan, bahkan dalam kerangka kerjasama sekalipun, pepatah AS mengatakan “There is no free lunch.”
Namun pihak paman sam masih kalah cepat dengan gerakan yang dilakukan oleh negeri tirai bambu yang dapat dengan cepat membuat vaksin Covid dan segera menawarkannya ke berbagai negara.
Negara-negara di dunia dihadapkan pada situasi yang sulit, harus segera membuat warganya imun agar bisa menjalankan aktivitas dan memutar kembali roda perekonomiannya dan tidak ada pilihan lain vaksin yang ada hanya buatan Tiongkok, meski kini sudah ada buatan Inggris, Rusia, Iran dan AS. Cuma tetap saja, paman sam kalah cepat.
Sebenarnya, Indonesia punya peluang besar untuk mengatasi pandemi ini, kita memiliki beberapa perusahaan swasta dan BUMN yang telah mendapatkan sertifikasi internasional untuk membuat vaksin.
Wacananya sejak awal 2019 kita telah melakukan penelitian dan siap memproduksi Vaksin Merah-Putih, Vaksin Biopharma dan vaksin-vaksin lainnya.
Jika penulis punya otoritas, sejak awal pandemi 2019 lalu, akan saya minta dan targetkan beberapa perusahaan tersebut untuk segera membuat vaksin dengan kualitas tinggi bagi seluruh warga negara Indonesia, sebab jika formulanya sudah ditemukan, maka produksi massal tidak akan menjadi masalah dan jauh lebih murah biayanya, dibandingkan dengan “kerjasama” sekalipun, mengingat pepatah diatas “There is no free lunch” termasuk kerjasama (yang pasti ada embel-embel dibelakangnya).***
Kentos Artoko Pemimpin Redaksi bogordaily.net