Bogordaily.net – Sampai lewat tengah malam, wa grup Gerakan Tabung Oksigen Untuk Kemanusian (GTOUK) masih berbunyi bersahut sahutan.
Para dokter dan relawan yang bertugas mendata dan menyaring calon peminjam tabung, serta menginfokan bagian distribusi tabung.
Dari apa saja yang harus disiapkan dan titik mana saja yang harus menyiapkan tabung. Mereka semua bekerja tanpa bayaran, bekerja shift shiftan, menyesuaikan jadwal kesibukan masing masing.
“Pak yyy tidak perlu siapkan tabung, pasien no 1xxx tidak jadi pinjam ya. Sudah dapat dari tetangga,”
“Pasien no 12xx , saturasi 70 dok, nafasnya sesak , istrinya telpon sambil menangis , panik. Titik tabung mana yang ready dan terdekat dengan daerah Kemayoran?Perlu segera,”
“12xx, sat 86 – Bekasi – Axxx Pxxccc – 0813xxxxxx – FU (follow up) By dr Ppppp ambil di dr. Rrrr tab. No#59,”
Kira kira begitu, obrolan di grup wa relawan, setiap hari.
Sesekali, diselingi berita baik yang menambah semangat para relawan, copas chattingan dari keluarga pasien yang mengabarkan saturasi oksigen penderita berangsur membaik setelah dipinjamkan tabung oksigen.
Cerita sedihnya pun ada. Keluarga calon peminjam yang setelah mengurus administrasi tiba tiba memberitahu tidak jadi meminjam tabung oksigen, karena yang mau memakai, keburu meninggal.
Drama yang mengharukan? Ada juga. Ada peminjam mengembalikan tabung dan tidak mengambil uang jaminannya. Tapi didonasikan dengan harapan bisa dipakai membantu lebih banyak orang yang membutuhkan. Masih banyak orang baik di negeri ini. Saat kesusahan masih mau membantu orang lain.
Dr Juanli lah, @gerakantabungoksigen.drj yang pada Januari 2021 menginisiasi gerakan peminjaman tabung oksigen ini.
Pada awalnya hanya 21 tabung oksigen yg tersedia, dikumpulkan dari rekan rekan dan sahabat dr Juanli. Ada yang berupa sumbangan, ada juga yang berupa pinjaman.
Juli 2021, jumlah tabung yang tersedia telah mencapai 500 buah, donasi dari berbagai kalangan yang tergerak ikut membantu.
Sebaran tabung yang pada awal mula gerakan hanya ada di Jakarta, kini telah mengcover Jabodetabek, Bandung dan Surabaya.
Tak ambil pusing dengan silang pendapat di media sosial,antara mereka yang percaya dan yang tidak percaya covid 19 itu ada , dr Juanli dan rekan relawan terus bergerak. Siang malam tak kenal lelah, membantu mereka yang memerlukan oksigen.
Dr Juanli dan segenap relawan tentunya tidak ingin gerakan ini terus membesar. Bukan karena sudah lelah atau bosan lalu ingin berhenti.
Dari hati sanubari, para pejuang kemanusiaan ini berharap, tidak ada lagi orang yang perlu meminjam tabung tabung oksigen itu. Dan Indonesia kembali pulih dan sehat seperti sedia kala.***