Bogordaily.net – Dilakukannya PPKM Darurat yang berlaku pada tanggal 3-20 Juli 2021 di Pulau Jawa-Bali, Menteri Kesehatan (Menkes) minta pemerintah untuk meningkatkan testing juga tracing hingga empat kali lipat dari yang dilakukan saat ini.
Sehingga setiap Kabupaten dan Kota telah ditetapkan target harian yang harus dikejar, ini sesuai dengan guidance WHO.
“Kita bisa mengharapkan mungkin dari sekitar 100-an ribu sekarang, kita bisa naikkan menjadi 400-500 ribu testing per hari. Jadi banyak daerah-daerah, klaster-klaster yang sudah tinggi positivity ratenya kita harus naikkan itu sampai 15 kali lipat atau 15 tes per 1.000 populasi per minggu,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers, Kamis 1 Juli 2021 secara virtual.
Tak hanya peningkatan kapasitas, kata Budi, prioritas pengetesan juga akan diperbaiki yaitu untuk pengetesan epidemiologis, bukan untuk penapisan atau syarat perjalanan.
“Jadi benar-benar kita kejar suspect dan kontak eratnya, bukan yang skrining dia mau masuk ke mana, mau jalan ke mana, tapi benar-benar khusus untuk testing epidemiologi karena ini yang dibayar oleh negara,” jelasnya.
Untuk pelacakan atau tracing, Budi menyampaikan, akan diperketat. Seluruh kontak erat dari kasus terkonfirmasi positif harus dikarantina sampai hasil tes menyatakan negatif, agar tidak menjadi sumber penularan di tengah masyarakat.
Untuk keperluan pelacakan, pemerintah daerah boleh menggunakan pemeriksaan swab PCR maupun RDT antigen.
RDT antigen diutamakan bagi daerah yang alat diagnosisnya terbatas, sehingga hasilnya bisa diketahui lebih cepat dan tes dapat dilakukan secara masif, sehingga dapat mempercepat tracing.
“Target kita hasil testing harus keluar dalam waktu 24 jam, kalau PCR tidak bisa keluar 24 kita pakai rapid antigen,” ujarnya.
Di samping itu, pemerintah juga akan memastikan bahwa, pasien yang dirawat di rumah sakit hanyalah pasien yang memiliki gejala sedang sampai berat. Hal ini bertujuan agar pasien yang tidak bergejala tidak akan terekspos oleh virus di rumah sakit.
“Jadi masyarakat tidak usah panik, kalau tidak ada sesak nafas, kalau saturasi oksigennya masih di atas 95 persen, kalau tidak ada komorbid, lebih baik dirawat di rumah kalau dia positif, atau dirawat di isolasi terpusat seperti di Wisma Atlet,” terangnya.
Budi menambahkan, pemerintah juga terus berupaya untuk memastikan ketersediaan pasokan oksigen di seluruh rumah sakit di Pulau Jawa, dan memastikan manajemen di setiap rumah sakit berjalan dengan baik.
“Kita juga akan memastikan oksigen akan kita rapikan supply dan demand untuk seluruh rumah sakit di Jawa. Kita akan monitor ketat ini,” imbuhnya.
Selain itu, pemerintah akan mengeluarkan aturan mengenai telemedicine untuk daerah-daerah yang memiliki tekanan kasus sangat tinggi seperti Jakarta, sehingga kesehatan para pasien yang sedang diisolasi secara mandiri dapat selalu terpantau oleh para dokter.
Khusus untuk daerah dengan sebaran kasus tinggi, pemerintah juga telah menyediakan tempat isolasi terpusat seperti Wisma Nagrak, Rusun Pasar Rumput, dan Asrama Haji yang kapasitasnya sama dengan Wisma Atlet.
“Jadi kita sudah ada dua kali kapasitas Wisma Atlet yang sekarang sudah siap,” paparnya.
Kemudian terkait vaksinasi, Budi memaparkan, pemerintah akan mempercepat vaksinasi terutama untuk daerah zona merah. Pemerintah akan mengarahkan jatah vaksin yang diperoleh untuk daerah-daerah tersebut.
“Kita akan percepat vaksinasinya diharapkan bulan ini dan bulan depan 70 persen kita targetkan sudah divaksinasi untuk daerah-daerah yang zona merah tadi,” pungkasnya.***