Bogordaily.net – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyinggung lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia disebabkan munculnya varian Delta. Kenaikan drastis juga dialami oleh banyak negara lain di dunia di mana varian tersebut mulai mendominasi. Varian lain yang juga diwaspadai keberadaannya adalah varian Lambda (C.37).
Varian Delta atau B.1617.2 termasuk yang diwaspadai karena dianggap memiliki kemampuan penularan yang lebih cepat. Penyebaran B.1617.2 juga sudah hampir terdeteksi di seluruh dunia.
“Ini yang sulit ditebak. Karena semakin lama dunia menunda vaksinasi, varian baru itu timbul karena adanya penularan,” kata Menkes Budi dalam konferensi pers PPKM Senin 30 Agustus 2021.
Varian lain yang juga diwaspadai keberadaannya adalah varian Lambda (C.37), yang diklasifikasikan sebagai variant of interest oleh WHO. Varian ini pertama kali terdeteksi di Peru dan terkonsentrasi di Amerika Selatan.
“Sampai sekarang ada beberapa varian baru yang juga under investigation seperti Lambda tapi kita lihat itu masih terkonsentrasi di Amerika Selatan,” tutur dia.
Menkes juga menjabarkan kondisi dunia terkait penyebaran varian Corona. Terlihat bahwa B.1617.2 mendominasi di ASEAN.
Indonesia: Varian Delta (B.16.17.2)
Malaysia: Varian Delta (B.16.17.2)
Singapura: Varian Delta (B.16.17.2)
Thailand: Varian Delta (B.16.17.2)
Jepang: Varian Alpha (B.117) dan Varian Delta (B.16.17.2)
Amerika Serikat: Varian Delta (B.16.17.2)
Israel: Varian Delta (AY.12)
Venezuela: Varian Under Investigation (B.1621) dan Varian Delta (B.16.17.2)
Kolombia: Varian Under Investigation (B.1621)
Brasil: Varian Gamma (P.1)
Chili: Varian Gamma (P.1)
Peru: Varian Lambda (C.37)
Oleh WHO, varian Lambda disebut memiliki potensi meningkatkan penularan. Varian ini juga diduga telah meningkatkan resistensi terhadap antibodi. Seperti varian Delta, Lambda sangat menular dan dianggap lebih tahan terhadap vaksin.
Saat ini, varian Lambda telah menyebar terutama di Amerika Selatan. Sekitar, 28 negara telah mengidentifikasi varian Lambda dalam kasus COVID-19.