Friday, 26 April 2024
HomeNasionalSeni Negosiasi Rizal Ramli

Seni Negosiasi Rizal Ramli

Bogordaily.net – Selain dikenal sang pembaharu, juga diakui sebagai negosiator ulung yang piawai memperjuangkan kepentingan nasional. Melihat sepak terjangnya, kita bisa belajar bagaimana seni negosiasi .

Banyak orang yang menganggap bahwa pekerjaan negosiasi itu dikerjakan untuk level menengah-bawah, yakni sales, customer service, procurement, dan lainnya.

Padahal, menurut bahwa seorang pemimpin penting menjadi seorang negosiator. Ia mencontohkan, seorang pemimpin yang jago bernegosiasi lihai dalam komunikasi dengan bawahannya agar visi yang ingin dicapainya dilaksanakan.

“Leadership frequently does require negotiation, and good leaders are invariably effective negotiators.”

Tentu, seringkali dalam organisasi terdapat banyak kepentingan yang berbeda atau potensi konflik, di situlah pentingnya seorang pemimpin menguasai keterampilan negosiasi.

Mediasi itu intinya adalah bernegosiasi: bagaimana memahami kepentingan satu sama lain, memperseuasi, meyakinkan, mencari titik temu (win-win), dan memenangkan kepentingan bersama.

Untuk itu, keterampilan bernegosiasi tidaklah hanya wajib dikuasai oleh orang di bagian sales, customer service, procurement, dan lainnya, melainkan juga level board of directors.

Di dalam Pemerintahan sendiri, menyebutkan banyak orang yang masih enggan menyebut kata negosiasi. Pasalnya, dengan otoritas yang dimiliki, Pemerintah cenderung tidak berusaha negosiasi, apalagi penyelewengan kewenangan.

Padahal, menurut pakar dari Fletcher School of Law and Diplomacy Tufts University itu disebutkan pentingnya keterampilan bernegosiasi. Hal ini dikarenakan besarnya kemungkinan pejabat di pemerintahan bernegosiasi dengan sektor privat.

Belajar dari
Untuk di level Pemerintahan, ada baiknya kita melihat sepak terjang dalam menangani masalah-masalah negara dan keterampilannya bernegosiasi. Ini bisa kita lihat bagaimana legacy kepemimpinan di berbagai kementerian yang cukup efektif karena seni negosiasi .

Disamping dikenal creative thinker (out of the box problem solver) atau Mr. Breakthrough, dikenal sebagai negosiator ulung.

Ini terlihat dari sejumlah kebijakannya yang dapat menguntungkan Indonesia. Bila bukan seorang negosiator, tentu ia akan selalu kalah di setiap perundingan bilateral maupun multilateral.

Mengelola Utang Indonesia
Selain piawai dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi 1998 dari -3% ke 4,9%, juga diakui sebagai pemimpin yang handal dalam bernegosiasi. Setidaknya, ini bisa dilihat bagaimana Rizal mengelola beban utang Indonesia kepada lembaga donor atau mitra Pemerintah negara lain.

Tentu saja, bukan rahasia umum bila lembaga kreditur selalu menginginkan ia diutamakan atau dibayar beban utang Pemerintah secara teratur.

Karena itu, mereka kerap meminta pemberlakuan austerity program agar kreditur dapat didahulukan.

Tetapi, karena perekonomian nasional belum stabil, Rizal berkepentingan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Dan, dengan anggarannya yang cukup besar, Pemerintah merupakan salah satu pihak yang punya andil besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Dengan kondisi seperti ini, maka ia dituntut untuk menemukan solusinya. Di sinilah, seni negosiasi Rizal Ramli berperan.

Total, selama ia menjabat sebagai menteri berhasil melunasi utang Indonesia mencapai US$ 4,14 miliar. Ini rekor dalam sejarah utang di Indonesia, di mana periode pemerintahan Gus Dur tidak menambah beban utang.

Ada dua contoh bagaimana seni negosiasi Rizal Ramli terkait utang Indonesia. Pertama, ia melakukan negosiasi dengan Pemerintah Kuwait terkait perubahan utang bunga mahal ke bunga rendah.

Pemerintah Kuwait setuju, Indonesia melunasi utang yang bebannya mahal ke utang dengan beban yang lebih murah. Tak hanya dapat utang murah dari Kuwait, Indonesia juga mendapatkan hadiah fly over di Bandung.

Kedua, Rizal melakukan negosiasi dengan menteri keuangan Jerman tentang debt to nature swap.

Pemerintah Jerman yang kerap mengkritik Indonesia soal lingkungan, membuat Pemerintah Indonesia menawarkan menyediakan 300 ribu lahan konservasi dengan pengurangan utang mencapai US$ 400 juta. Pemerintah pun Jerman setuju.

Menyelamatkan BUMN
Garuda Indonesia, Pertamina dan PLN adalah tiga contoh BUMN yang diselamatkan secara finansial oleh jurus seni negosiasi Rizal Ramli pada 2015-2016.

Saat itu, Garuda Indonesia tengah gencar akan membeli pesawat Long Route Air Bus 350 dengan kemampuan terbang jarak jauh (long haul) ke Benua Eropa atau Amerika.

Pesawat jenis ini mahal, sehingga diperkirakan akan menjadi beban besar utang BUMN penerbangan.

Begitupun Pertamina yang ambisius akan membangun storage minyak serta membangun jaringan pipa distribusi BBM.

Nilai proyek ini sendiri diperkirakan Rp 30 triliun. Tetapi, lagi-lagi, Rizal tidak melihat urgensinya.

Karena pada dasarnya pembangunan storage dan jalur distribusi pipa akan memakan biaya besar, sehingga berpotensi mengganggu stabilitas keuangan negara.

Saat PLN didorong membangun power plant hingga 35.000 MW, seni negosiasi Rizal Ramli bermain di dalam atau di luar rapat kabinet.

Dengan pembangunan power plant yang besar, Rizal melihat ada potensi risiko yang bisa memberatkan keuangan PLN di masa depan.

Sebagai Menko Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal minta ditinjau ulang mengenai rencana ambisus ini.

Penyelamatan tiga BUMN dari ancaman risiko keuangan ini adalah seni negosiasi Rizal Ramli dengan jurus kepretnya agar tidak merugikan negara.

Bila kebijakan BUMN itu dilanjutkan, ini bisa berdampak pada pengelolaan keuangan negara.

Melalui jurus rajawali kepret sebagai manifestasi seni negosiasi Rizal Ramli, akhirnya terjadilah perdebatan di ruang publik atau kabinet Jokowi, hingga pembelian pesawat dan pembangunan storage serta jaringan distribusi dibatalkan.

Tanpa kemampuan negosiasi yang ulung, barangkali beberapa BUMN yang kesulitan dalam mengelola utangnya akan mengalami kebangkrutan atau paling tidak menjadi beban Pemerintah di masa depan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here