Bogordaily.net – Keputusan Australia untuk mendapatkan kapal selam bertenaga nuklir melalui aliansi pertahanan terbaru dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris menyoroti kekhawatiran regional atas kekuatan maritim China, yang semakin berkembang di kawasan Pasifik.
Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison membenarkan pembatalan kesepakatan sebelumnya dengan Prancis untuk kapal selam konvensional, tapi dia mengatakan itu ‘bukan perubahan pikiran, tapi perubahan kebutuhan’.
Seperti dilansir AFP, Jumat 17 September 2021, seperti apa keseimbangan kekuatan militer di kawasan Pasifik saat ini?
Total Kekuatan Tempur
Untuk jumlah kapal, baik kapal permukaan maupun kapal selam, Departemen Pertahanan AS menyebut China memiliki Angkatan Laut terbesar di dunia.
Akhir tahun 2020, menurut data Kantor Intelijen Angkatan Laut AS, ukuran Angkatan Laut China — atau jumlah kapal dengan kekuatan tempur — diperkirakan mencapai 360 unit. Angka itu lebih banyak dibandingkan AS dengan 297 unit.
Diproyeksikan bahwa Angkatan Laut China akan meningkat menjadi 400 unit kapal berkekuatan tempur pada tahun 2025 dan menjadi 425 unit tahun 2030 mendatang.
Tingkat Ekspansi
Lima dari total 11 kapal induk AS diketahui berbasis di kawasan Pasifik. Namun, China mulai membangun kapal induk ketiganya, juga membangun lebih banyak kapal penghancur.
Menurut pakar pertahanan Janes, China dilaporkan membangun 132 kapal antara tahun 2015-2019. Angka itu tergolong tinggi dibandingkan AS dengan 68 kapal, India dengan 48 kapal, Jepang dengan 29 kapal dan Australia dengan 9 kapal dalam periode yang sama.
Prancis diketahui membangun 17 kapal baru dalam periode yang sama, sedangkan Inggris membangun empat kapal baru dengan dua di antaranya kapal induk.
Atau dengan kata lain, menurut Kepala Staf Angkatan Laut Prancis, Laksamana Pierre Vandier, dalam kurun waktu empat tahun, China meluncurkan kapal-kapal militer yang setara dengan armada Angkatan Laut Prancis.
Vandier menyebut ‘upaya Angkatan Laut China yang bersejarah’ mewakili 55 persen anggaran pertahanan negara itu.
Kapal Selam
Penilaian tahunan kemampuan militer di seluruh dunia, Military Balance, oleh Institut Internasional untuk Kajian Strategis, China kini memiliki enam kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir (SSBN) yang dipersenjatai rudal-rudal nuklir.
China juga memiliki 40 kapal selam serbu, dengan enam unit di antaranya bertenaga nuklir.
Sementara menurut data Angkatan Laut AS, militer AS memiliki 21 kapal serbu dan delapan SSBN di Pasifik, yang sebagian besar beroperasi di sekitar Pearl Harbor.
Untuk Australia, negara ini diketahui memiliki enam kapal selam rancangan Swedia bertenaga listrik-diesel jenis Collins-class yang sudah beroperasi sejak pertengahan tahun 1990-an.
Australia sebelumnya berencana menambah armada lautnya dengan 12 unit kapal serbu buatan Prancis. Namun kesepakatan senilai miliaran dolar Amerika dengan Prancis itu dibatalkan demi mendapatkan armada kapal selam bertenaga nuklir dengan bantuan AS. Keputusan Australia ini memicu kemarahan Prancis.
Selain Australia, para pemangku kepentingan lainnya di kawasan Pasifik juga berupaya meningkatkan kemampuan Angkatan Laut mereka, khususnya dalam mendapatkan kendaraan bawah laut.
Vietnam tercatat memiliki enam kapal selam buatan Rusia, Malaysia memiliki dua kapal selam, Indonesia memesan enam kapal selam dari Korea Selatan (Korsel), dan Filipina tengah mempertimbangkan untuk membangun armada kapal selamnya sendiri. Semua negara ini terlibat dalam sengketa wilayah maritim sejak lama dengan China.
Sementara itu, Jepang diketahui memiliki 23 unit kapal selam, Korsel memiliki 18 kapal selam, Singapura memiliki dua kapal selam dan Rusia memiliki selusin unit kapal selam.
Sebagai pertanda meningkatkan ketegangan di kawasan, Prancis mengerahkan satu unit kapal selam serbu bertenaga nuklirnya, Emeraude, ke Pasifik sejak awal tahun 2021. Pengerahan semacam ini menjadi yang pertama sejak tahun 2001.(dtk)