Bogordaily.net – Sebanyak 5.392 dari 84.729 balita di wilayah Kota Bogor mengalami stunting yang mengganggu tumbuh kembang anak. Atau, jika dibandingkan dari 16 anak terdapat 1 orang mengalami stunting.
“Jika dibandingkan maka dari 16 anak ada 1 yang mengalami stunting,” kata Sekertaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah, Rabu 27 Oktober 2021.
Syarifah menyampaikan, saat ini masih terdapat 20 kelurahan yang angka stuntingnya di atas 10 persen. Karena itu diperlukan intervensi dan penanganan yang intensif.
“Karena jika tidak dampaknya yang terjadi pada anak-anak di kemudian hari mengakibatkan dampak yang negatif, di antaranya gangguan pertumbuhan anak, menurunnya kecerdasan anak, kekebalan tubuh yang tidak maksimal, bahkan jangka panjangnya bisa menyebabkan disabilitas,” ungkap Syarifah.
Tidak hanya balita, ibu-ibu hamil juga perlu intervensi dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Beberapa pendekatan pun sudah dilakukan seperti intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
“Untuk gizi spesifik dilakukan dengan paket layanan intervensi KIA dan konseling kesehatan, gizi oleh Dinas Kesehatan. Untuk gizi sensitif harus dilakukan secara terintegrasi dengan pihak-pihak pemilik dan pengambil kewenangan yang terlibat di antaranya layanan air bersih dan sanitasi,” jelasnya.
Kota Bogor, lanjut Syarifah, air bersih yang dilayani PDAM di angka 77,3 persen, sisanya masih belum menerima. Untuk sanitasi dari 68 kelurahan belum ada yang bebas Open Defecation Free (ODF). Dengan begitu, tantangan-tantangan ke depan dalam upaya mencegah stunting merupakan tanggung jawab dan komitmen bersama. Agar angka stunting di Kota Bogor terus ditekan semaksimal mungkin.
“Jika tidak ditangani akan muncul stunting-stunting baru,” tutup Syarifah.