Bogordaily.net – Pemerintah Amerika Serikat telah menawarkan untuk membayar kompensasi kepada keluarga dari 10 orang di Afghanistan, termasuk tujuh anak yang terbunuh secara tidak sengaja, dalam serangan pesawat tak berawak (drone) AS ketika pasukan Amerika menyelesaikan penarikan mereka.
Tidak disebutkan berapa jumlah kompensasi yang diberikan.
Seperti dilansir kantor berita AFP, yang dikutip detikom, Sabtu 16 Oktober 2021, dalam sebuah pernyataan, Departemen Pertahanan AS atau Pentagon juga mengatakan sedang bekerja dengan Departemen Luar Negeri untuk merelokasi ke Amerika Serikat salah satu kerabat yang ingin meninggalkan Afghanistan, yang dikuasai Taliban.
Pentagon menyatakan, tawaran untuk memberikan kompensasi ini disampaikan pada Kamis 14 Oktober 2021 malam, waktu setempat dalam pertemuan antara Colin Kahl, Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan, dan Steven Kwon, pendiri dan presiden kelompok bantuan yang aktif di Afghanistan, Nutrition and Education International.
Pentagon menyatakan, tawaran untuk memberikan kompensasi ini disampaikan pada Kamis (14/10) malam waktu setempat dalam pertemuan antara Colin Kahl, Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan, dan Steven Kwon, pendiri dan presiden kelompok bantuan yang aktif di Afghanistan, Nutrition and Education International.
Organisasi itu mempekerjakan Ezmarai Ahmadi, yang keliru diidentifikasi sebagai militan ISIS oleh intelijen AS pada 29 Agustus lalu, selama hari-hari terakhir evakuasi AS yang kacau dari Kabul, ibu kota Afghanistan.
Intelijen AS melacak Toyota putihnya selama delapan jam sebelum menargetkan mobil itu dengan rudal, menewaskan tujuh anak dan tiga orang dewasa, termasuk Ahmadi.
Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan pada saat itu bahwa intelijen Amerika telah melihat kendaraan itu di sebuah lokasi di Kabul, yang telah diidentifikasi sebagai lokasi di mana para operator ISIS diyakini sedang mempersiapkan serangan di bandara Kabul.
Organisasi itu mempekerjakan Ezmarai Ahmadi, yang keliru diidentifikasi sebagai militan ISIS oleh intelijen AS pada 29 Agustus lalu, selama hari-hari terakhir evakuasi AS yang kacau dari Kabul, ibu kota Afghanistan.
Intelijen AS melacak Toyota putihnya selama delapan jam sebelum menargetkan mobil itu dengan rudal, menewaskan tujuh anak dan tiga orang dewasa, termasuk Ahmadi.
Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan pada saat itu bahwa intelijen Amerika telah melihat kendaraan itu di sebuah lokasi di Kabul, yang telah diidentifikasi sebagai lokasi di mana para operator ISIS diyakini sedang mempersiapkan serangan di bandara Kabul.
Tiga hari sebelumnya, seorang pengebom bunuh diri ISIS-Khorasan telah membunuh banyak orang di bandara, termasuk 13 anggota militer AS.
Namun, bulan lalu para pejabat AS mengakui serangan pesawat tak berawak itu sebuah kesalahan.
Dalam pertemuan pada Kamis 14 Oktober 2021 tersebut, Dr Kahl menyebut bahwa serangan itu adalah kesalahan tragis. Dia mengatakan bahwa Ahmadi dan orang-orang lain yang tewas adalah korban yang tidak bersalah dan tidak berafiliasi dengan ISIS-K atau ancaman terhadap pasukan AS,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan juru bicara Pentagon, John Kirby.
“Dr Kahl menegaskan kembali komitmen Menteri Pertahanan Lloyd Austin kepada keluarga, termasuk menawarkan pembayaran belasungkawa ex gratia,” tambahnya dalam sebuah pernyataan yang dikaitkan dengan juru bicara Departemen Pertahanan John Kirby. Tidak disebutkan berapa banyak uang yang ditawarkan.
Bulan lalu kerabat dari orang-orang yang tewas dalam serangan itu menuntut kompensasi dan permintaan maaf secara langsung.
Austin telah meminta maaf atas serangan yang keliru itu. Namun, keponakan Ahmadi yang berusia 22 tahun, Farshad Haidari, mengatakan itu tidak cukup.
“Mereka harus datang ke sini dan meminta maaf kepada kami secara langsung,” katanya kepada AFP.
Haidari, yang saudara laki-lakinya, Naser dan sepupunya juga tewas dalam serangan itu, mengatakan pada 18 September bahwa AS tidak melakukan kontak langsung dengan keluarga tersebut.***