Friday, 26 April 2024
HomeBeritaBahaya! Singapura Alami 'Resesi Seks', Jumlah Perkawinan dan Kelahiran Turun Drastis

Bahaya! Singapura Alami ‘Resesi Seks’, Jumlah Perkawinan dan Kelahiran Turun Drastis

Bogordaily.net – Sejumlah negara Asia tengah mengalami ‘resesi seks', salah satunya adalah . Dilaporkan jumlah pernikahan di negara tersebut mengalami penurunan drastis ketingkat terendah dalam kurun waktu 34 tahun.

Tak hanya pernikahan, angka kelahiran pun mengalami penurunan ketingkat yang sama selama tujuh tahun. Kondisi ini terjadi disebutkan sebagai salah satu dampak pandemi COVID-19 di .

Sebagai informasi, resesi adalah istilah ekonomi untuk pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun.

Berikut sederet fakta ‘resesi seks' di , dikutip dari Channel News Asia.

1. Jumlah pernikahan turun 12,3 persen

Dilaporkan di selama tahun 2020 hanya ada 19.430 pernikahan yang terjadi. Jumlah tersebut menurun sebesar 12,3 persen dari 22.165 pernikahan pada tahun sebelumnya.

Diketahui, ini merupakan angka terendah sejak tahun 1986, yakni 19.348 pernikahan.

2. Disebabkan oleh pembatasan sosial

Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional mengungkapkan, ‘resesi seks' ini disebabkan oleh pembatasan sosial yang terjadi selama pandemi COVID-19. Tak sedikit warga yang memutuskan untuk menunda pernikahan mereka.

“Pembatasan pertemuan besar pada tahun lalu bisa menyebabkan pasangan menunda pernikahan mereka,” ucap lembaga tersebut.

3. Angka kelahiran turun 3,1 persen

Bukan hanya penundaan pernikahan, pandemi COVID-19 juga berdampak pada keputusan orang tua untuk memiliki anak.

Dilaporkan, kelahiran di pada tahun 2020 hanya 31.816. Jumlah tersebut menurun 3,1 persen dari tahun sebelumnya, yakni 32.844 pada tahun 2019.

Ini merupakan angka kelahiran terendah sejak tahun 2013. Dalam lima tahun terakhir (2016-2020), rata-rata ada sekitar 32.500 kelahiran warga setiap tahun, sedikit lebih banyak dari 32.400 dalam lima tahun sebelumnya (2011-2015).

4. Masalah kesehatan dan ekonomi jadi alasan tunda kehamilan

Dalam survei yang dilakukan Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional , sebagian warga memilih menunda kehamilan karena khawatir dengan masalah kesehatan dan ekonomi selama pandemi COVID-19. Survei ini dilakukan kepada sekitar 4.000 warga pada Juni 2020.

“Karena khawatir tentang kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat yang tidak pasti,” kata lembaga tersebut.

“Kami terus menghadapi tantangan struktural jangka panjang dengan tingkat kelahiran kami yang rendah, serupa dengan masyarakat maju lainnya,” jelasnya.

5. siapkan dana 3.000 dolar bagi yang ingin punya anak

sebelumnya telah memberi insentif bagi pasangan yang ingin memiliki anak dan menjadi orang tua di tengah pandemi COVID-19. Dana hibah sebesar 3.000 dolar Singapura atau sekitar 31 juta rupiah.(dtk/sal)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here