Friday, 19 April 2024
HomeBeritaKak Seto Beri Catatan Penting untuk Melatih Sikap Resiliensi pada Anak

Kak Seto Beri Catatan Penting untuk Melatih Sikap Resiliensi pada Anak

Bogordaily.net sangat berdampak di bidang pendidikan, karena memunculkan kebijakan belajar online atau daring. Perubahan metode pelajaran yang tiba-tiba ini tentu memunculkan banyak tantangan. Psikolog anak sekaligus Ketua Umum (LPAI) Seto Mulyadi, akrab disapa , menyebut saat ini tercatat 1,7 miliar anak di seluruh dunia terpaksa belajar daring karena .

Karena belajar daring ini, pria yang akrab disebut itu mengungkap berbagai hambatan yang dirasakan oleh anak.

Anak yang semula terbiasa belajar di kelas harus menatap layar berjam-jam, sehingga mereka lelah, mengantuk, tertidur, sehingga pelajaran kadang-kadang diterima dalam suasana yang tidak nyaman.

“Akhirnya, pusing tujuh keliling, suasananya jadi tegang, orangtua stres, anak belajar jadi tidak optimal,” ujar dalam webinar parenting yang diadakan SD Budi Mulia Dua Pandeansari, Sabtu 16 Oktober 2021.

Suasana belajar yang membosankan serta materi pelajaran yang sulit diterima ini pun akhirnya bisa memicu konflik keluarga dan melahirkan kekerasan terhadap anak.

“Secara nasional, ini yang terjadi, kadang ayah dan bunda mengomeli, membentak, dampaknya anak yg semula senang belajar, gembira, tiba-tiba jadi gelisah, cemas, mengalami gangguan tidur, sulit makan, marah dan akhirnya dilihat sebagai malas belajar,” jelas .

Karenanya, menekankan pentingnya membangun resiliensi pada anak. Resiliensi merupakan kemampuan untuk beradaptasi dan tahan banting dalam setiap situasi sulit, seperti misalnya saat terjadi bencana.

Resiliensi ini penting untuk dilatih dan dikembangkan pada anak, untuk bisa membantu mereka menemukan peluang dalam mengoptimalkan potensi dan prestasi dalam situasi apapun.

Tentunya, membuat anak bisa diajak untuk beradaptasi di situasi yang sulit dan tidak mudah mengeluh, orangtua perlu membimbing dengan kasih sayang.

Menurut , membangun resiliensi anak pada dasarnya dengan menanamkan perilaku positif. Yakni perilaku senyum, penuh rasa syukur, menjalankan ibadah, selalu berdoa untuk diri sendiri maupun orang lain, dan komunikatif di mana anak juga didengarkan pendapatnya.

“Para orangtua mohon berkenan jadi sahabat anak dan idola anak, tidak main perintah, main paksa, main bentak, beri kasih sayang dan kekuatan cinta dengan selalu tersenyum. Orangtua perlu mengambil S3 (sangat sabar sekali) atau S5 (sangat sabar sekali dan selalu senyum), itu juga akan membuat anak-anak merasa nyaman belajarnya,” jelasnya.

Sebagai tambahan informasi, selama pandemi ini survey dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menemukan 13 persen anak sudah mengalami depresi secara nasional.

Bahkan kekerasan terhadap anak juga meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan anak-anak yang dicubit, dipukul, dijambak, ditarik, hingga ditendang.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here