Monday, 11 August 2025
HomeTravellingLeuweung Emplak, Hutan Mistis Dibalik Keindahan Pantai Pangandaran

Leuweung Emplak, Hutan Mistis Dibalik Keindahan Pantai Pangandaran

Bogordaily.net – Jika ingin berwisata ke Pantai Pangandaran, anda terlebih dahulu disuguh dengan hutan yang lebat dan terkenal dengan cerita mistisnya. Hutan itu bernama Leuweung Emplak.

Hutan dengan jalan yang berbelok yang kanan kiri terdapat jurang itu akan selalu dilintasi wisatawan jika ingin ke Pangandaran karena lokasinya hanya beberapa kilometer dari pantai.

Leuweung Emplak sendiri ternyata menyimpan sejarah atau cerita di kalangan masyarakat Pangandaran. Kawasan hutan ini dulu dikenal sangat angker, bahkan dulu jarang sekali warga yang berani melewati kawasan itu di malam hari.

“Hutan Emplak dulu disebut sebagai Wana Burka. Wana berarti hutan dan burka berarti seram. Saking angkernya, orang tua dulu menggambarkan burung yang terbang di atas hutan itu pun akan jatuh,” kata Didin “Jentreng” salah seorang budayawan dan seniman Pangandaran, Jumat 5 November 2021.

Kisah keangkeran hutan Emplak, menurut Didin berkaitan dengan hikayat Eyang Panji Bener. Sosok sakti yang dapat dikatakan sebagai kuncen atau tokoh di kawasan itu. Kisah hutan Emplak juga tidak terlepas dari wilayah tetangganya yaitu Desa Bagolo.

“Patilasan Eyang Panji Bener itu berada di Desa Bagolo. Jadi Desa Bagolo tempat pemukiman sementara Emplak hutannya. Hikayat di Emplak juga tidak terlepas dari sosok Kala Samudera, seorang bajak laut yang dikenal kejam,” kata Didin.

Keangkeran hutan Emplak mulai terkikis perlahan setelah kolonial Belanda membuat jalur kereta api di kawasan itu. Kawasan perbukitan yang semula dianggap kawasan larangan, dirambah oleh proyek pembuatan jalur kereta.

“Bukit dilubangi, dibuat terowongan kereta. Banyak sekali warga pribumi yang harus kerja paksa dan menjadi korban dalam proyek ambisius Belanda itu,” kata Didin.

Didin menyebut pembuatan jalur kereta api Banjar-Cijulang proyek ambisius Belanda, karena Belanda rela mengeluarkan anggaran besar dan waktu bertahun-tahun untuk membuat jembatan dan terowongan kereta api.

“Berdasarkan kisah orangtua dulu, jumlah korban pribumi akibat kerja paksa proyek itu cukup banyak. Entah itu terkena ledakan saat melubangi bukit atau terkena wabah penyakit,” kata Didin.

Namun demikian terlepas dari kisah angker dan mitosnya, leuweung Emplak saat ini menjadi kawasan hutan yang cukup lestari ekosistemnya. Kawasan itu menjadi habitat flora dan fauna. Keberadaan babi hutan, kera ekor panjang, ayam hutan, kucing hutan menjadi pertanda Emplak adalah habitat hutan yang bersahabat bagi satwa liar.

Selain itu vegetasi berupa pepohonan besar juga menjadi aset lingkungan yang sangat berharga, setidaknya menjadi penyembur oksigen bagi lingkungan sekitar.

Di beberapa titik, warga juga mendirikan warung untuk melayani pengendara yang ingin rehat dan menikmati kesegaran kawasan perbukitan di dataran rendah ini.

“Biarlah mitos dan keangkeran Emplak menjadi kisah, yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa melestarikan kawasan itu tetap menjadi perbukitan yang rimbun dan menjadi habitat bagi binatang dan tumbuhan. Jangan dirusak,” kata Didin.(dtk/sh)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here