Monday, 18 November 2024
HomeEkonomiMug dan Termos dari Situ Gede, Melanglang Buana Hingga Belanda dan Kairo

Mug dan Termos dari Situ Gede, Melanglang Buana Hingga Belanda dan Kairo

Bogordaily.net -Sejak tujuh tahun terakhir, Micky Mulyadi, 46 tahun, tekun berkutat dengan bambu. Di tangan ayah dua anak ini, dengan menggunakan sejumlah mesin khusus, bambu  menjelma dalam aneka bentuk. Mulai dari model yang sederhana seperti tempat korek api, hingga membuat sebuah miniatur yang pengerjaannya bikin dahi mengkerut. Belakangan kerajinan tangan dari bambu yang dibuat Micky, melanglang buana hingga Belanda dan Kairo.

Proses kreatif memproduksi kerajinan tangan dari bambu dilakukan Micky, disebuah bengkel (workshop) di RT01/RW05, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. lokasinya dekat dengan danau Situ Gede, di belakang bengkel terhampar hutan tropis mini di kawasan Cifor.

Bengkel tempat produksi Micky dinamai Workshop Mq Art Bamboo, ukurannya sekitar 10 × 4 meter persegi.  Bengkel dibuat dari potongan bambu sepanjang 2 meter. Bambo jenis Hitam dan Tali, ditancapkan berderet untuk menyangga bentangan terpal.

Di bengkel itu, terdapat sejumlah peralatan seperti Bandsaw, Catting, Mesin Bubut, Gurinda, Mesin Bor duduk, Scrawsaw, Carter Amplas Portable dan mesin CNC Laser.

Sewaktu memperlihatkan cara membuat tempat korek api, gerakan tangannya sangat cekatan mengunakan peralatan seperti pisau cutter, gunting, gerinda, gergaji mesin bahkan mengunakan alat yang sudah komputerisasi, seperti mesin CNC. Semua peralatan digunakan bergiliran.

Seluk beluk memotong, membentuk, merekatkan serta menghaluskan dilakukan dengan telaten mengunakan peralatan dan perlengkapan yang sudah disiapkan.

Mesin CNC menjadi peralatan paling cangih. CNC dapat memancarkan sinar laser. Sinar laser berfungsi memotong atau mengukir grafis di permukaan bambu.

Mesin CNC yang dimiliki Micky,  seri Zaiku CNC LS-6040 untuk Cutting dan Grafir, harganya sekitar Rp30 jutaan.

“Mesin CNC didapat dari bantuan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor,” kata Micky, kepada bogordaily.net, di Workshop Mq Art Bamboo awal pekan ini.

Peralatan yang terhitung memadai serta keterampilan yang mumpuni,  maka lahirlah bermacam bentuk kerajinan tangan dari bambu. Tentu saja kerajinan tersebut, memiliki nilai ekonomis!

“Banyak sekali macam yang bisa dibuat dari bambu,” kata Micky.

Namun sekarang, Mug serta Tambler (termos air minum) menjadi produk yang paling banyak dipesan. Belakangan ini, jumlah permintaan Mug serta Tambler melonjak naik.

Terkadang Micky, kewalahan menangani pesanan yang bertubi-tubi. Maklum, semua itu dikerjakannya sendiri. Kapasitas produksi Tambler dalam sebulan mencapai 100 pices.

Bahan baku utama terdiri dari bambu Tali, bambu Hitam serta alumunium. Jenis bambu Tali dan Hitam sangat berlimpah. Keduanya mudah didapat.

“Bambu tali dan hitam labih mudah dibentuk. Bambunya liat dan lembut,” ungkap Micky.

Bengkel produksi bambu milik Micky, sangat sederhana. Namun, ditempat itu Micky, mengerjakan pesanan dari pelanggannya diberbagai daerah.

Produk yang sudah tersedia dikirim ke wilayah DKI Jakarta, Sumatera Barat, Bali serta Papua. Pesanan juga mengalir dari manca negara, seperti Belanda serta Kairo.

Tambler bambu, produksi kerajinan berbahan ramah lingkungan dijual dengan harga berkisar Rp165 hingga Rp250 ribu.

“Kebanyakan pesanan dari Belanda dan Kairo, berupa botol air minum atau tambler,” cetus Micky.

Bambu yang digunakan bisa dari jenis bambu apa saja, seperti yang banyak di lingkungan. Tapi bambu yang dinilai lebih cocok adalah jenis bambu hitam dan tali. Kata Micky, kedua bambu itu memiliki serat lebih kecil dan mudah untuk dibentuk saat proses pengerjaan.

“Bambu saya beli lima belas ribu rupiah per batang. Panjangnya enam meter,” terang Micky.

Keterampilan mengolah bambu terus diasah. Pada 2018, Micky langganan mengikuti pelatihan-pelatihan bambu yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Bogor.

Selanjutnya pada 2020, Micky mulai menjajaki pelatihan yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UKM Kota Bogor, ia masuk dalam komunitas yang digagas HIPMI Kota Bogor bernama Kawani.

“Seiring berjalannya waktu, kesibukan saya juga diisi dengan mengajar. Memberikan pelatihan bambu,” terang Micky.

Biasanya peserta berasal dari Kabupaten atau kota di Pulau Jawa. Ia merasa senang berbagi ilmu mengolah bambu dengan para peserta.

Diakui Micky, saat ini melalui kehadiran internet, pemasaran bisa dilakukan secara online. Menggunakan aplikasi seperti Shopee, diyakini bakal meningkatkan pesanan.

“Menurut saya bagus banget, cuma untuk saat ini saya belum berani, karna belum ada team dan kita masih tetap fokus sama pemasaran yang sudah berjalan,” katanya.

Jika SDM nya sudah terpenuhi semua, tentu tegas Micky, dirinya tidak akan berfikir dua kali melakukan penjualan melalui aplikasi Shoppe.***

 

(Ibnu Galansa/Diki Sudrajat)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here