Bogordaily.net – Sinetron Terpaksa Menikah Tuan Mudah (TMTM) dikecam banyak pihak. Pasalnya sinetron Produksi Verona Pictures mengambil tempat syuting di area pengungsi erupsi Semeru.
ADVERTISEMENT
Line Producer Verona Pictures Dwi Eslogo mengatakan salah satu alasannya, Co Producer Sinetron TMTM merupakan putra Lumajang yakni Dwi Ilalang.
“Jadi Pak Dwi namanya putra daerah ketika Lumajang terjadi erupsi ingin ada partisipasi, yang dibidik dari point of view yang lain. Sehingga membuat framing yang berbeda melalui film,” kata Dwi Eslogo, Rabu 22 Desember 2021.
ADVERTISEMENT
Di posko pengungsian yang berada di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang, syuting berlangsung mulai Selasa 21 Desember 2021. Seperti yang disampaikan Kepala Dinas Kominfo Lumajang, Yoga Pratomo.
ADVERTISEMENT
Syuting sinetron tersebut menampilkan Leo Consul dan Rebecca Tamara sebagai pemeran. Rebecca berperan sebagai Amanda, seorang relawan di posko erupsi Gunung Semeru.
Sementara Leo berperan sebagai David, teman lama Amanda. Dalam menjalankan tugas sebagai relawan, Amanda kemudian bertemu David. Ceritanya, David datang ke posko pengungsian untuk memberikan bantuan kepada korban erupsi Gunung Semeru.
Sementara dalam posting-an yang beredar di media sosial, diterangkan bahwa warga Lumajang memprotes syuting sinetron tersebut. Syuting sinetron itu dinilai sebagai aktivitas yang kurang empati terhadap korban erupsi Gunung Semeru.
“Lumajang masih dalam suasana berkabung. Mayat saudara-saudara kita yang terkubur material Semeru masih dalam harapan bisa ditemukan. Tim Anda datang ke pengungsian hanya untuk shooting film. Ditambah lagi aktor dan aktrisnya beradegan pelukan di depan anak-anak. Sungguh sangat menyakiti hati kami,” berikut tulisan dalam salah satu gambar yang beredar di media sosial.
Menurut warga, syuting di lokasi bencana kurang etis. Seperti yang disampaikan salah seorang warga, Najmudin.
“Menurut saya produksi film di lokasi bencana kurang etis, karena ini tempat pengungsian. Dan tempat bencana ketika dikomersilkan kan kurang bagus,” ujar Najmudin kepada detikcom, Rabu 22 Desember 2021.
“Kecuali produksi film ada imfact kepada pengungsi. Seperti hasil dari produksi film untuk pembuatan hunian sementara atau rumah warga terdampak (erupsi Semeru),” imbuhnya.***
Sumber: Detik.com