Bogordaily.net– Banjir lahar dingin Gunung Semeru kembali menerjang empat daerah aliran sungai di Lumajang, Senin 17 Januari 2022, petang. Akibatnya, jalur Tempursari terputus, dan dua kecamatan terisolasi.
Belum ada laporan korban akibat peritiwa ini. Namun, sejumlah warga di Kecamatan Tempursari dan Pasirian terjebak. Sebab jembatan penghubung dua kecamatan tersebut tertutup material yang terbawa banjir.
Debit banjir lahar dingin Gunung Semeru yang mengalir di sejumlah daerah aliran sungai (DAS) mengalami peningkatan akibat hujan deras yang mengguyur Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin 17 Januari 2022./, hingga sore.
“Berdasar informasi dari petugas Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur menyebutkan bahwa getaran banjir terekam pada Senin (17/1) sejak pukul 11.39 hingga pukul 17.50 WIB,” kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Joko Sambang seperti dilansir dari Antara di Lumajang, Senin 17 Januari 2022.
Sejauh ini, lanjut dia, banjir lahar dingin Gunung Semeru masih melewati jalur dan belum meluap ke jalan dan permukiman. Namun debit air mengalami peningkatan yang signifikan.
“Kami mengimbau masyarakat di bantaran sungai yang berhulu dari Gunung Semeru meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan, sehingga lebih baik menjauh dari bantaran sungai,” tutur Joko Sambang.
Dia menjelaskan, petugas dan relawan melakukan pemantauan secara kontinu terhadap derasnya aliran banjir lahar dingin Gunung Semeru. Sebab, dikhawatirkan meluap ke pemukiman warga.
Melansir Clicks.id, air bah datang cukup deras membawa material vulkanis seperti pasir dan bebatuan.
Petugas dan relawan segera berjaga-jaga dan meminta warga yang berada di sepanjang aliran banjir menjauh
“Banjir kali ini lebih besar dari biasanya. Amplitudo di seismograf pos PGA Semeru, maksimal mencapai 35 milimeter dengan durasu 2,520 detik,” kata salah seorang relawan, Jonny, Senin, 17 Januari 2022.
Jonny mengatakan, banjir lahar ini terjadi akibat hujan deras dengan intensitas tinggi di daerah puncak. “Banjir semakin besar karena ada letusan di atas,” imbuhnya.
Untuk mengantisipasi bahaya, hingga Senin malam, petugas melarang warga untuk mendekati bibir sungai. Pasalnya, banjir susulan diprediksi akan kembali terjadi.
Sejauh ini, lanjut dia, banjir lahar dingin Gunung Semeru masih melewati jalur dan belum meluap ke jalan dan permukiman. Namun debit air mengalami peningkatan yang signifikan.
Dia menjelaskan, petugas dan relawan melakukan pemantauan secara kontinu terhadap derasnya aliran banjir lahar dingin Gunung Semeru. Sebab, dikhawatirkan meluap ke pemukiman warga.
”Debit banjir lahar dingin cukup deras di Besuk Lengkong di Dusun Curahkobokan, sehingga warga di hilir diminta selalu siaga dan waspada terhadap ancaman banjir tersebut,” papar Joko Sambang.
Untuk aktivitas kegempaan tercatat letusan sebanyak lima kali, embusan sebanyak empat kali, dan getaran banjir terekam satu kali dengan amplitudo 35 mm selama 2.520 detik. Gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut statusnya level III atau siaga, sehingga masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat letusan).
Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar) dan mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.***