Bogordaily.net– Harga beli garam dari kalangan petani tradisional dari tahun lalu meningkat. Kondisi ini disebabkan curah hujan yang sudah cukup tinggi pada daerah penghasil garam. Sehingga, hasil panen garam banyak mengalami kemuduran.
Situs resmi Informasi Pangan Jakarta mencatat, harga rata-rata garam pada 20 Januari 2022 naik jadi Rp3.272 per 250 gram, dimana harga tertinggi adalah Rp6.000 per 250 gram dan terendah Rp2.000 per 250 gram.
“Karena itu harga garam dapur, memang lebih mahal. Dan memang ada kenaikan di hulu. Saat ini, harga di gudang sudah Rp900 per kg. Berarti di pengumpul Rp600 dan petani sudah Rp500 per kg,” kata Ketua Umum Asosiasi Petani Garam Republik Indonesia (APGRI) Jakfar, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis, 20 Januari 2022.
Menurut Jakfar, kenaikan harga akibat rendahnya produksi garam nasional di tahun 2021.
“Akibatnya, stok saat ini sudah tipis. Tunggu musim panen nanti sekitar Juni atau Juli,” ujar dia.
Menurut dia, rendahnya produksi tahun 2021 akibat cuaca dan minimnya motivasi petani.
“Harga kan dipengaruhi stok. Nah, tahun 2021 itu kuota impor dibuka sekitar 3 juta ton. Lalu produksi tahun 2020 itu ada 2 juta. Kalau impor banyak masuk dan biasanya tiap tahun naik, harga turun. Kalau Rp900 berarti petani masih bisa menikmati Rp200. Artinya, upah masih menarik buat buruh. Tapi kalau harga rendah, upah turun, jadinya malas-malasan. Produksi jadi minim,” kata Jakfar.
Untuk tahun 2022, Jakfar memprediksi, hasil panen garam akan lebih tinggi dibanding tahun 2021.
“Cuaca akan bagus, curah hujan sekarang tinggi, angin barat mulai bergerak, air pasang tinggi, artinya kemarau akan tinggi,” katanya.
Dengan motivasi petani yang lebih tinggi, kata dia, hasil panen akan lebih baik lagi dengan kualitas bagus.
“Hasil panen tahun ini akan lebih baik, bisa melampaui 1,5 juta ton. Kemungkinan akhir Juni atau awal Juli sudah mulai panen, diawali di NTT. Mei sudah mulai bisa pengeringan,” kata Jakfar.***