Bogordaily.net – Warga Afghanistan merasa sangat putus asa untuk mendapatkan makanan sejak Taliban mengambil alih pemerintahan. Banyak di antara mereka rela menjual anak-anak dan ginjal demi bisa mendapatkan makanan.
Melansir laporan Sky News, Kamis 27 Januari 2022 masyarakat sebuah desa kecil di luar Herat, terlihat sangat putus asa karena hidup mereka hancur karena kemiskinan.
Laporan tidak menyebutkan secara rinci nama desa dan nama-nama penduduk demi keamanan masyarakat di sana.
Sky News menjabarkan bahwa desa yang mereka datangi benar-benar tandus, tanpa air. Kalaupun ada, jarak mata air berkili-kilo jauhnya.
Salah seorang warga di desa itu menceritakan bahwa dia rela menjual salah satu dari delapan anak mereka.
“Sekitar enam bulan yang lalu, putra saya yang berusia tiga tahun meninggal karena kelaparan. Saya tidak bisa melihat mereka semua kehilangan nyawa. Setidaknya dengan cara ini (menjual anak), orang lain akan memberi mereka makan,” kata seorang ibu berusia 25 tahun.
Suaminya memberi tahu bahwa dia belum memutuskan anak mana yang akan dijual, tetapi karena keputusasaan mereka, dia akan menjual anak itu dengan harga lebih murah dari harga ginjalnya.
“Kami tidak punya apa-apa lagi untuk dijual,” katanya.
“Kami harus menjual anak-anak kami sekarang dan saya siap melakukan ini bahkan untuk 20.000 Afghani (sekitar Rp2,8 juta). Saya tidak bisa tidur setiap malam, sebab mereka menangis karena lapar,” lanjutnya.
Sementara seorang wanita lainnya menceritakan bahwa dia baru saja menjalani operasi untuk menjual ginjalnya.
“Kami tidak punya pilihan,” katanya.
“Kami melakukan ini untuk memberi makan anak-anak kami,” ujar dia lagi.
Masyarakat desa itu mengeluh karena harga jual ginjal kini menurun menjadi 150.000 Afghan (atau setara Rp21 juta). Sebelumnya harga ginjal dihargai sebesar 200.000 Afghan (Rp28 juta).
“Saya mendesak dunia, tolong jangan tinggalkan kami sendiri,” katanya.***