Bogordaily.net– Covid-19 atau virus corona varian Omicron, dikenal cepat dalam penyebarannya dan kini sudah membuat kasus Covid-19 kembali meningkat, salah satunya di Indonesia. Predikisi puncak Omicorn pada bulan Februari 2022.
Kendati demikian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan jika Covid-19 varian Omicron rata-rata tak bergejala parah.
Kendati demikian, Kemenkes mengingatkan agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat di tengah penyebaran varian Omicron yang kian meningkat.
Kita tetap mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dikarenakan Omicron cenderung tidak bergejala,” kata dr Siti Nadia Tarmizi sebagaimana dikutip dari Antara pada 16 Januari 2022.
Dirinya menjelaskan bahwa lonjakan kasus karena virus varian Omicron juga menimpa negara lain, tidak hanya di Indonesia.
Kendati demikian, varian Omicron dalam penyebarannya lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta.
“Kita tahu gejala yang ditimbulkan cenderung tidak bergejala dan gejalanya sangat ringan, batuk, pilek yang akan bisa hilang dengan sendirinya,” katanya.
Guna meminimalisir varian Omicron meluas ke beberapa daerah, Kemenkes mengimbau agar pemerintah daerah melokalisir potensi terjadinya lonjakan kasus Covid-19.
Tak hanya itu, Siti Nadia menekankan kepada daerah agar memasifkan pengurutan genom menyeluruh guna mengidentifikasi virus varian Omicron.
Pada saat sebelumnya, Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan jika puncak kasus Omicron diperkirakan akan terjadi awal Februari 2022.
Hal tersebut karena Luhut Binsar Pandjaitan telah mengamati pengalaman yang telah ditempuh oleh negara lain.
“Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari,” kata Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam hal meminimalisir kasus Omicron, pemerintah akan menerapkan beberapa strategi yang berbeda dengan penanganan pada saat varian Delta.
“Namun syaratnya kita semua harus disiplin. Saya ulangi, kita semua harus disiplin, dan kita semua harus kompak. Keberhasilan kita mengendalikan varian Omicron tidak mungkin dapat dicapai tanpa kerja sama semua pihak, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan,” sebut Luhut Binsar Pandjaitan.***