Bogordaily.net-Â Minyak mentah dunia menguat pada akhir perdagangan Selasa, 11 Januari kemarin. Kenaikan harga minyak ditopang pasokan yang ketat dan perkiraan meningkatnya kasus omicron.
Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari tumbuh US$2,99 atau 3,8 persen menjadi US$81,22 per barel, juga menjadi harga tertinggi sejak pertengahan November.
Kedua harga acuan tersebut naik drastis dari perdagangan sehari sebelumnya yang merosot tajam masing-masing 1,1 persen dan 0,9 persen secara berturut-turut.
Kurangnya kapasitas produksi di beberapa negara membuat OPEC meningkatkan produksinya sesuai dengan pakta.
Pernyataan Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell turut memberikan sentimen positif. Ia memperkirakan dampak omicron terhadap ekonomi hanya berlangsung pendek.
Dia juga meyakini bahwa kuartal berikutnya bisa sangat positif bagi perekonomian setelah lonjakan yang didorong oleh meredanya dampak dari varian baru covid-19 tersebut.
“Kombinasi fakta permintaan akan lebih kuat dari yang diantisipasi dan pasokan OPEC mungkin tidak tumbuh secepat permintaan adalah alasan mengapa harga naik,” tutur Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn seperti dikutip dari Antara, Rabu, 12 Januari 2022.
Ekonomi utama dunia telah menghindari kembalinya penguncian yang parah di tengah lonjakan infeksi covid-19. Margin penyulingan bahan bakar jet Eropa, misalnya, kembali ke tingkat pra-pandemi karena pasokan di kawasan itu mengetat dan aktivitas penerbangan global pulih.
“Omicron belum mendatangkan malapetaka seperti varian delta dan mungkin tidak akan pernah melakukannya, menjaga pemulihan ekonomi global tetap pada jalurnya,” ungkap Analis OANDA, Jeffrey Halley.
Pemerintah AS, pada Selasa, 11 Januari 2022, juga memperkirakan produksi minyak AS akan lebih rendah tahun ini, sementara total permintaan minyak akan menguat dari perkiraan sebelumnya.
Produksi diperkirakan naik 640 ribu barel per hari tahun ini, lebih rendah dari perkiraan bulan sebelumnya yang naik 670 ribu barel per hari (bph) dan diperkirakan meningkat 610 ribu bph pada 2023.
Total permintaan minyak sekarang diperkirakan meningkat sebesar 840 ribu bph untuk tahun ini, lebih tinggi dari peningkatan 700 ribu bph yang diharapkan bulan lalu. Diperkirakan permintaan akan naik 330 ribu bph pada 2023.***