Friday, 19 April 2024
HomeEkonomiKemenKopUKM Dorong Paguyuban Sandal Mulyaharja Berkoperasi

KemenKopUKM Dorong Paguyuban Sandal Mulyaharja Berkoperasi

Bogordaily.net–Kementerian Koperasi dan UKM memberikan apresiasi kepada Paguyuban Sandal Kota Bogor. Meski ada berbagai kendala seperti masalah permesinan yang masih manual sehingga kalah bersaing dengan mesin modern, tetapi mampu bertahan di masa pandemi dan terus melakukan kegiatan produksi.

“Kami memberikan apresiasi pada paguyuban sandal yang di masa sulit berproduksi sandal meski ada sejumlah kendala  seperti permesinan yang masih manual maupun pemasaran,” kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM , saat mengunjungi Paguyuban Pengrajin Sandal di Desa , Kota Bogor, Jumat 21 Januari 2022.

Arif mengatakan, didirikannya paguyuban merupakan langkah maju, karena dengan membangun sebuah komunitas dalam hal ini paguyuban, bisa memberikan dampak positif  lebih baik, juga dalam mendapatkan bahan baku dan pemasaran yang bisa terhubung dengan komunitas lain baik di dalam maupun luar Bogor.

“Akan lebih baik lagi jika paguyuban ini ke depannya memiliki badan usaha misalnya dalam bentuk koperasi, anggota paguyuban yang merupakan pelaku usaha mikro juga bisa didorong memiliki NIB atau Nomor Induk Berusaha,”  kata Arif.

SesmenKopUKM memaparkan, usaha mikro sesuai ketentuan baru dengan omzet sampai dengan Rp2 miliar dan permodalan sampai dengan Rp 1 miliar.

Di jelas Arif ada empat deputi, salah satunya deputi mikro yang tugasnya antara lain memberikan pendampingan pada usaha mikro, yang kebanyakan belum memiliki legalitas usaha.

“Ini jadi target kami agar  pelaku usaha mikro punya legalitas hukum minimal NIB, sehinggga data pelaku mikro tercatat sehingga bantuan pemerintah bisa sampai by name by adress misalnya bantuan BPUM atau Banpres Produktif Usaha Mikro,” terang SesmenKopUKM.

Arif berharap anggota paguyuban bisa mengurus NIB dan perizinan lain yang dibutuhkan. Hal itu juga  karena pelaku usaha mikro yang sukses adalah yang sudah punya legalitas formal.

“Pelaku usaha mikro yang sudah memiliki legalitas formal juga bisa mengakses  pembiayaan berbunga murah seperti KUR, ” tambahnya.

Selain pendampingan dalam hal produksi, pemasaran dan akses pembiayaan, pelaku usaha mikro juga bisa mendapatkan pendampingan kelembagaan misalnya dalam mendirikan badan hukum berupa koperasi.

“Sandal adalah pilihan produk yang bagus karena dibutuhkan dan masa pakainya juga maksimal satu tahun. Dengan adanya legalitas formal, pengrajin sandal produknya bisa masuk jaringan hotel maupun yang lain dalam memperluas pemasaran. Yang  penting, namanya membangun  usaha harus inovatif karena permintaan juga terus berubah-ubah seleranya,” tuturnya.

Dalam diskusi dengan para pengrajin sandal, Arif menyampaikan beberapa saran yaitu mendorong sandal untuk membentuk badan usaha koperasi. Kedua, mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas SDM terutama tema terkait kewirausahaan. Ketiga, memanfaatkan pembinaan pemasaran  di LLP (Lembaga Layanan Publik) Smesco.

“Dengan berbadan hukum, para pengrajin sandal akan lebih nyaman bekerja dan berusaha, tanpa ada ketakutan masalah perizinan. juga akan membantu mencari solusi dalam bisnis manajemen berusaha terutama dalam peningkatan kapasitas SDM, sedangkan masalah bantuan permesinan, kami akan mencoba menghubungi kementrian Perindustrian” tutup Arif.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Paguyuban  Sandal , Elsi Setiawati menjelaskan, para perajin sandal di kelurahan merupakan perajin turun temurun, meneruskan usaha dari orang tuanya.

“Saat ini ada seratus lebih pengrajin sandal yang tergabung dalam paguyuban dan mereka benar-benar home industry, bekerja di rumah bersama keluarganya, tiap Minggu masing-masing bisa memproduksi 200 kodi, satu kodi isinya lima sandal,” kata Elsi.

Sebagai ketua Paguyuban, Elsi memasok bahan baku sandal mulai dari spoon, lem, karet dan sebagainya untuk kemudian dikerjakan di rumah dan disetorkan lagi hasilnya dalam bentuk jadi kepada ketua Paguyuban selaku offtaker.

“Saya juga mendorong anggota untuk bisa berjualan di market place dan alhamdulillah sudah banyak anggota kami yang masuk  di beberapa e-commerce',” jelasnya.

Elsi awalnya hanya memasok  bahan baku saja pada home industry yang dinamakan sebagai bengkel sandal kemudian memproduksi sandal dan pemasarannya sudah sampai ke Medan, Banjarmasin Lampung dan sekitar Bogor.

“Yang menjadi kendala kami adalah harga bahan baku yang terus naik, sementara harga jual sandal susah untuk naik. Selain itu kami juga terkendala mesin yang masih manual sehingga kalah bersaing dengan mesin moderen,” tutup Elsi.(Gibran)

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here