Thursday, 25 April 2024
HomeBeritaMengenal Sokok Presiden Kazakhstan Yang Sebut Demonstran Teroris

Mengenal Sokok Presiden Kazakhstan Yang Sebut Demonstran Teroris

Bogordaily.net – Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart merespons protes berdarah dengan keangkuhan. Dia menyebut para demonstran sebagai teroris dan mengatakan mereka yang turun ke jalan layak untuk dimusnahkan.

juga secara samar mengisyaratkan bahwa “orang asing” berada di balik kerusuhan hebat di negaranya.

Protes berdarah yang hingga kini telah menewaskan puluhan demonstran dan petugas polisi dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar gas. Kebijakan itu menjadi ironi bagi Kazakhstan sebagai negara yang kaya minyak dan gas.

Sosok Tokyev dikenal sebagai politisi veteran dan diplomat yang telah mengambil daun dari buku pedoman konspirasi Kremlin. menghabiskan tahun-tahun pembentukan kariernya dalam pelayanan Kementerian Luar Negeri Uni Soviet.

Ia menghabiskan sebagian besar tahun 1980-an di Kedutaan Soviet di Beijing. Ketika Uni Soviet runtuh, dia dengan cepat menjadi penasihat Nursultan Nazarbayev, pemimpin Kazakhstan yang baru merdeka.

-lah yang membujuk negara lain untuk mengakui Kazakhstan secara diplomatis. China sangat antusias. Narzabayev menghadiahi dengan mengangkatnya menjadi wakil menteri luar negeri, serta penerjemah sekaligus penasihat delegasi resmi untuk Beijing.

Pada 1999 menjadi perdana menteri dan pada 2002 menjadi menteri luar negeri. Sebagai seorang loyalis Nazarbayev, dia bertanggung jawab untuk meningkatkan hubungan dengan tiga mitra utama Kazakhstan–Rusia, China, dan Amerika Serikat.

Mengutip dari berbagai sumber, Selanjutnya posisi tinggi dia raih  menjadi politisi dan kemudian ketua senat Kazakhstan.

Ketika Nazarbayev pensiun pada 2019–setidaknya secara resmi– menggantikannya sebagai presiden. Dua setengah tahun bekerja, dia menghadapi krisis yang lebih parah dari apa pun yang dilihat oleh pendahulunya yang otoriter.

Keputusan untuk mengundang pasukan Rusia dan sekutunya untuk memulihkan ketertiban di Kazakhstan membalikkan tahun-tahun di mana negara mayoritas muslim itu dengan hati-hati berusaha untuk menapaki kebijakan luar negeri yang independen, melakukan triangulasi antara Moskow, Washington dan Beijing.

Mereka yang bersama Rusia tiba-tiba tampak lebih tunduk. Hubungan keluarga terikat dengan sejarah Soviet. Ayahnya, seorang penulis cerita detektif, bertempur dalam Perang Dunia Kedua–Perang Patriotik Hebat, sebagaimana Rusia menyebutnya. Ibunya adalah seorang guru bahasa di sebuah universitas.

Hobinya antara lain membaca novel, memoar, dan buku tentang politik. Menurut biografi resminya, –sekarang berusia 68 tahun–telah menulis 10 buku tentang hubungan internasional. Dia juga “mendukung gaya hidup sehat” dan merupakan kepala asosiasi tenis meja Kazakhstan.***

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here