Bogordaily.net – Omicorn belum hilang, kini para ilmuwan dan pejabat kesehatan kini mewaspadai varian baru COVID-19. Pasalnya virus corona varian Omicron dilaporkan memiliki turunan (subvarian) yang dinamakan BA.2.
Seperti dikutip dari Associated Press Rabu (26/1/2022) para ilmuwan menyebut varian BA.2 ini dianggap lebih tersembunyi daripada versi asli Omicron. Seperti ‘siluman’, BA.2 memiliki sifat genetik tertentu yang membuatnya agak sulit dideteksi.
Varian yang disebut ‘son of Omicron’ ini kini terdeteksi di Kanada dab sudah ditemukan di 40 negara, termasuk Amerika Serikat (AS).
Tidak hanya AS, Denmark dan Inggris juga melaporkan hal yang sama. Bahkan hampir setengah dari kasus baru-baru ini di Denmark dikaitkan dengan BA.2.
Sementara itu, sebanyak 8 ribu kasus BA.2 telah diidentifikasi sejak November 2021. Meski, tidak jelas dari mana asal BA.2.
Kasus pertama disebut berasal dari Filipina. Namun banyak kasus telah terdeteksi di berbagai tempat, mulai dari Eropa hingga Asia Selatan.
Sudah menjadi sifat virus untuk berevolusi dan bermutasi, jadi diharapkan kita akan terus melihat varian baru muncul saat pandemi berlangsung,” kata Direktur Insiden Covid-19 di Keamanan Kesehatan Inggris, Dr. Meera Chands.
Namun, sejauh ini belum ditemukan cukup bukti untuk menentukan apakah BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada Omicron BA.1, tetapi datanya terbatas.”
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut BA.2 bukan varian yang menjadi perhatian (variant of concern/VOC). Artinya belum ada bukti yang menunjukkan subvarian baru tersebut akan memperburuk penularan Covid-19, keparahan gejala atau kemanjuran vaksin.
Evolusi subvarian Covid-19 bukanlah hal baru. Varian Delta juga memiliki beberapa subvarian, tetapi para ilmuwan menyebut semuanya sebagai bagian dari Delta.
Dr. John Brownstein, kepala inovasi di Rumah Sakit Anak Boston Universitas Harvard, juga menyebut subvarian baru ini tetap bisa terdeteksi melalui pengujian cepat PCR meski disebut varian omicron “siluman”.
Selain itu, para ilmuwan tetap menyarankan masyarakat melakukan tindakan pencegahan yang sama, yakni divaksin, mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari keramaian dan tinggal di rumah saat merasa sakit.***