Bogordaily.net–Pembelajaran tatap muka (PTM) seratus persen bagi anak usia di bawah 11 tahun kembali menjadi sorotan. Terlebih setelah Covid-19 varian Omicron yang terus meningkat.
Lima organisasi profesi yang bergerak di bidang medis pun meminta agar PTM seratus persen bagi anak usia di bawah 11 tahun dievaluasi. Kelima lembaga tersebut yakni Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Lalu, Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Indonesia Intensif Indonesia (PERDATIN), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI), serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Dilansir CNNIndonesia.com, mereka meminta agar anak-anak dan keluarganya bisa memilih mengikuti PTM atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan melihat kondisi dan profil risiko masing-masing keluarga.
Ketua Umum PDPI Dr. Agus Dwi Susanto mengatakan, berdasarkan laporan beberapa negara, jumlah anak yang terpapar Omicron lebih banyak dibanding varian sebelumnya.
“Telah dilaporkan transmisi lokal varian Omicron di Indonesia, bahkan sudah ada kasus meninggal karena Omicron,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Minggu 23 Januari 2022.
Ketua Umum PERKI Isman Firdaus mengungkapkan seorang anak berpotensi mengalami komplikasi berat multisystem inflammatory syndrome in children associated with Covid-19 (MIS-C). Selain itu, anak-anak juga bisa mengalami komplikasi long Covid-19 lainnya sebagaimana terjadi pada manusia dewasa.
Lima organisasi profesi itu pun mengirim surat kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Dalam Negeri agar mengevaluasi pelaksanaan PTM.
Terpisah, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman juga meminta pemerintah untuk mengevaluasi kembali proses PTM 100 persen. Ini dilakukan demi mengantisipasi prediksi gelombang ketiga Covid-19 pada Februari-Maret tahun ini. Ia meminta PTM dihentikan sementara.
“PTM sebaiknya di-suspend, setidaknya dari akhir Januari sampai awal Maret tahun ini, karena itu periode prediksi masa krisis di Indonesia pada Februari-Maret,” jelas Dicky.
Di tengah merebaknya penularan Omicron, Direktur Sekolah Dasar Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Sri Wahyuningsih mengungkap alasan pemerintah tetap menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen yang mulai diterapkan pada awal tahun ini.
Menurut Sri penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang terlalu lama telah menimbulkan berbagai persoalan di bidang pendidikan, salah satunya penurunan kualitas atau mutu capaian pembelajaran.
“Perlu banyak yang harus kita kejar dari kurang lebih 2 tahun dan 4 semester saat anak-anak kita harus belajar dengan berbagai persoalan,” kata Sri dikutip Tempo.co belum lama ini.***