Bogordaily.net – Harga kedelai secara global mengalami kenaikan, akibat kenaikan harga kedeli tersebut membuat biaya produksi pada tahu dan tempe pun turut mengalami kenaikan.
Hal ini dirasakan oleh para pengrajin tahu dan tempe, bahkan mereka bisa mengatakan jika harga kedelai naik maka akan terjadi mogok produksi.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menyatakan, mogok produksi bakal dilakukan mulai tanggal 21-23 Februari 2022. Aksi mogok ini hanya akan dilakukan di beberapa daerah bukan aksi nasional.
Sejauh ini perajin tahu dan tempe di Jakarta dan sekitarnya menjadi salah satu yang bakal ikut aksi mogok. Sementara daerah lain masih melakukan konsolidasi.
“Kita akan mogok produksi di tanggal 21,22,23. Minggu depan. Mogok hanya sebagian tidak nasional, itu anggota kita di DKI, Jabodetabek, sementara sebagian daerah masih mau konsolidasi,” ungkap Aip dikutip dari detik, Senin, 14 Februari 2022.
“Di mana daerah yang mogok di situ nggak bakal ada tempe dan tahu. Yang sudah pasti itu Jakarta dan Jabodetabek,” katanya.
Aip sendiri mengatakan, sebetulnya dia tak setuju perajin melakukan mogok produksi. Pasalnya menurutnya Gakoptindo sudah melakukan audiensi dengan Kementerian Perdagangan.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan pun sudah menerima alasan perajin mau harga tahu dan tempe naik serta menyampaikannya ke masyarakat.
Namun dia mengaku tak bisa melarang aksi mogok terjadi. Menurutnya, dalam aksi mogok itu perajin tahu akan meminta semua pihak untuk menerima kenaikan harga tahu dan tempe.
“Saya memang izinkan silakan. Bukan saya tidak setuju dan melarang. Silakan lakukan karena mereka itu haknya kan, mereka juga alasannya jelas. Mereka minta harga harus naik. Karena kenaikan juga minimal dan murah,” ujar Aip.
Perajin meminta kenaikan sekitar Rp 500-1.000 pada harga tempe. Misalnya, pada awalnya harga tempe 500 gram di tingkat perajin harganya Rp 5.000-6.000 mungkin akan naik jadi Rp 5.500-6.500.
Sementara untuk harga tahu, yang tadinya seharga Rp 50 ribu per papan cetakan akan dinaikkan Rp 2.000-5.000. Per potongnya kemungkinan akan berkisar Rp 500-600.
Dia bilang biasanya yang menolak kenaikan harga tahu dan tempe adalah pedagang di pasar. Bila ada kenaikan sedikit saja, pihaknya akan kesulitan menjual tahu dan tempe di pasar.
“Karakteristik tempe dan tahu begitu, kami ini berhubungan dengan pedagang di pasar tradisional itu puluhan tahun. Mereka bakal marah kalau kami naikin tempe dan tahu, kami maunya kan nggak ada penolakan karena naiknya juga kecil nggak berasa,” kata Aip.***