Bogordaily.net – Setelah adanya pemberitahuan bantuan minyak goreng bersubsidi dari pemerintah. Persediaan minyak goreng di beberapa retail modern mulai langka.
ADVERTISEMENT
Fenomena panic buying membuat masyarakat membeli berlebihan. Setiap customer hanya mendapatkan maksimal dua liter minyak goreng seharga Rp. 28.000. Tetapi, stok minyak goreng di sejumlah minimarket habis terjual dalam waktu singkat.
Peristiwa ini terjadi pada Winarti (34 tahun). Ia bercerita sering kali dirinya datang ke ritel modern tetapi stok selalu kosong. Ia juga mengungkapkan bahwa sering melihat banyak stok di ritel modern tetapi tidak dipajang.
“Saya udah pas jam buka kesana, pas sampe sana minyak habis gak tersisa,” ungkapnya.
Winarti berharap pemerintah menyalurkan stok minyak ke pasar tradisional agar subsidi bisa tersalurkan merata ke masyarakat dan tidak ada fenomena kehabisan stok lagi.
Sementara itu, pegawai minimarket di kawasan Kalisuren, Tajurhalang menceritakan, kekosongan minyak ditempat ini karena selalu dibeli oleh ibu-ibu yang mengantri sebelum toko dibuka.
Terlebih, harga jual minyak dipasar lumayan mahal dibandingkan harga di retail modern.
Meski pembelian minyak goreng terbatas, konsumen menyiasati dengan membawa keluarganya agar dapat membeli lebih banyak.
Terkadang hal ini menimbulkan kegaduhan, karena pembeli tidak terima saat mendapatkan teguran.
Lain halnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menerapkan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) pada minyak goreng.
Ia mengumumkan pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah Rp 11.300/ liter, kemasan sederhana Rp 13.500/ liter. Harga itu berlaku mulai Februari 2022.***