Saturday, 4 May 2024
HomeNasionalSosok Nur Hasan Tersangka Ritual Maut di Pantai Payangan, Dikenal sebagai MC...

Sosok Nur Hasan Tersangka Ritual Maut di Pantai Payangan, Dikenal sebagai MC Dangdut dan Pernah Kerja di Malaysia

Bogordaily.net–Pria yang disebut sebagai pemimpin , terus menjadi perbincangan. Sosok pria memimpin menggelar ritual berujung maut di Pantai Payangan , Jawa Timur itu kini telah ditetapkan sebagai tersangka.

. (Istimewa/Suara Jatim)

Seperti diketahui sebanyak 24 orang ikut dalam ritual di pinggir pantai yang kemudian digulung ombak, Minggu, 13 Februari 2022 lalu dan menelan korban 11 orang tewas. Sementara sisanya selamat, termasuk .  Siapa sebenarnya ?

Padepokan Jati Nusantara berada di Desa Dukuhmencek Kecamatan Sukorambi. Di mata tetangganya, yang disebut-sebut sebagai pemimpin padepokan itu dinilai sebagai orang baik.

“Dia itu tetangga saya, setahu saya dia bukan pimpinan padepokan. Bukan kiai yang punya banyak santri,” kata AH warga sekitar seperti dikutip dari Suaraindonesia.co.id jejaring Suara.com.

Ia justru mengatakan kalau dikenal sebagai MC dangdut. Bahkan sempat bekerja di luar negeri sebagai pekerja migran (PMI) di Malaysia.

“Setahu kami, dia pernah kerja ke Malaysia dan sering menjadi MC di acara dangdutan. Kalau tidak percaya, silakan tanya tetangga lain,” sambung dia.

Meski demikian, dikenal baik. Alhasil dirinya mengaku kaget mendengar kabar peristiwa ritual berujung maut di Pantai Payangan tersebut.

“Dia orangnya baik dan sering menyapa kalau ketemu di jalan. Hanya tidak menyangka, bisa seperti itu,” katanya.

Sementara, Kepala Desa Dukuhmencek, Nanda Setiawan membantah ada padepokan di wilayahnya dan dipimpin oleh .

“Saya katakan itu bukan padepokan. Hanya setiap malam Jumat Wage ngaji. Kalau tidak salah sebulan dua kali,” jelasnya.

Seperti diberitakan, sejumlah 11 orang tewas digulung ombak besar saat menggelar ritual di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, Minggu, 13 Februari 2022 lalu.

Insiden terjadi ketika para jamaah tengah melakukan ritual masuk ke dalam bibir pantai secara bersama-sama. Tiba-tiba ombak besar datang dan langsung menggulung mereka.

Sebelas korban tak dapat menyelamatkan diri dari ganasnya gelombang pantai selatan hingga ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sedangkan 13 korban lainnya lolos dari maut dan dinyatakan selamat.

Kasus itu masih dalam penyelidikan kepolisian setempat. Polisi menjemput Nur Hasan di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi setelah pihak dokter menyatakan kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang.

“Kami bawa ke Mapolres Jember untuk dilakukan pemeriksaan terkait pendalaman kasus ritual itu,” kata Kasat Reskrim Polres Jember AKP Komang Yogi Arya Wiguna.

Polisi juga memeriksa 18 orang saksi di Mapolres Jember, baik saksi korban selamat maupun warga yang berada di lokasi kejadian.

“Kemudian dilakukan gelar perkara untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab dalam perkara 11 orang meninggal dunia di Pantai Payangan,” tambahnya.

Selain meminta keterangan sejumlah saksi, polisi menyita sejumlah barang bukti dalam kegiatan ritual itu, di antaranya baju yang digunakan korban dan peralatan lainnya untuk melakukan ritual, serta kendaraan yang digunakan untuk menuju Pantai Payangan. Selanjutnya polisi menetapkan Nur Hasan sebagai tersangka pada Rabu, 16 Februari 2022.

“Kami menerapkan Pasal 359 KUHP kepada tersangka dengan ancaman hukuman lima tahun penjara,” ujar Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo dalam rilis di Mapolres Jember, Rabu 16 Februari 2022.

Hery menjelaskan, setiap kegiatan yang dilakukan Nur Hasan memang selalu menggabungkan nilai keagamaan dan aliran kepercayaan serta menggunakan bahasa Jawa.

“Ini masih kita selidiki, yang bersangkutan mengaku setiap kegiatannya itu menggabungkan antara aliran keagamaan dan aliran kepercayaan dengan bacaan-bacaan jawa,” lanjutnya.

Padepokan tersebut kata dia merupakan tempat pengobatan alternatif sejak 2011. Pasien yang merasa puas dengan metode pengobatan Nur Hasan kemudian menyebarkan informasi dan mengajak orang lain untuk bergabung.

“Jadi informasinya dari mulut ke mulut, biasanya di kalangan keluarga dan kerabat dekat, yang kemudian diajak berobat ke sana,” sambungnya.

Jumlah pasien yang terus meningkat, membuat informasi mengenai tempat tersebut semakin cepat tersebar dan menarik minat masyarakat untuk bergabung.

Sehingga, padepokan tersebut mulai berkembang dengan nama Tunggal Jati Nusantara pada 2015. Mayoritas anggotanya merupakan orang-orang yang mengalami permasalahan dalam kehidupan.

“Pada tahun 2011 Nur Hasan pulang dari Malaysia dan mendirikan pengobatan alternatif, baru 2015 berkembang sampai sekarang dengan nama Tunggal Jati Nusantara,” ujarnya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here