Bogordaily.net–Kenaikkan harga minyak goreng memberikan efek domino panjang. Apa pun dilakukan masyarakat untuk membeli bahan kebutuhan pokok tersebut.
Pendamping Masyarakat Yayasan Budaya Mandiri, Max Ohandi menemukan, masyarakat bahkan sampai meminjam bank keliling untuk membeli minyak goreng.
“Jadi, kami menemukan warga sengaja beli minyak goreng dengan pinjam bank keliling,” ujar Max dalan konferensi pers YLKI terkait dengan minyak secara virtual, seperti dilansir dari Suara.com, Jumat, 11 Februari 2022.
Nominal pinjaman yang diajukan masyarakat kata dia rata-rata sebesar Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Masyarakat lalu mengembalikan dananya dengan cara mencicil dan dikenakan bunga yang tinggi.
Sementara itu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan ketidakmerataan harga dan akses dalam mendapatkan minyak goreng di lapangan. Hal ini sesuai dengan survei yang dilakukan YLKI.
Peneliti YLKI Annis Safira Nur menyebut, tidak meratanya harga ini menimbulkan fenomena panic buying di tengah masyarakat.
“Sehingga masyarakat lainnya yang membutuhkan tidak mendapatkan minyak goreng bersubsidi,” ujar Annis.
Dalam hasil survei tersebut, dari 30 toko yang didatangi hanya tiga toko yang menyediakan minyak goreng, sedangkan 17 toko tidak menyediakan minyak goreng kelapa sawit.
Sisanya, sebanyak sembilan toko hanya menyediakan minyak goreng tidak bersubsidi, dan satu toko tidak sama sekali menyediakan minyak goreng bersubsidi maupun tidak bersubsidi.
Selanjutnya, dari 30 toko itu, mayoritas sembilan toko memberlakukan harga minyak goreng di atas pasar, sisanya dua toko harga sesuai standar, hanya satu toko yang harganya sesuai dan di atas standar, serta satu toko di bawah standar.
YLKI memberikan catat khusus dalam survei ini diantaranya, terdapat pembatasan pembelian minyak di minimarket dan supermarket, khusus di warung dan agen diperbolehkan untuk membeli minyak lebih dari 2 liter per orang dengan harga di atas subsidi.***