Bogordaily.net – Di tengah lonjakan kasus varian Omicron atau yang dikenal sebagai BA.1, varian baru bernama BA.2 yang disebut juga sebagai ‘Omicron Siluman’ ikut mengganas.
Mengutip dari laporan Reuters, saat ini ancaman varian Omicron belum berhenti. Hampir semua lonjakan infeksi virus corona secara global disebabkan karena varian ini.
Bahkan para ilmuwan saat ini sedang melacak peningkatan kasus yang disebabkan oleh sepupu dekat atau Omicron Siluman yang dikenal sebagai BA.2. Varian ini mulai membalap dominasi BA.1 di beberapa negara bagian Eropa dan Asia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut baru-baru ini beberapa negara sudah melaporkan adanya peningkatan dalam subvarian BA.2.
Selain itu, Ahli Virologi Komputasi di Fred Hutchinson Cancer Center yang melacak evolusi SARS-CoV-2, Trevor Bedford, lewat akun Twitter miliknya juga mewanti-wanti varian Omicron Siluman tersebut.
Berdasarkan analisisnya tentang pengurutan data dari database GISAID dan jumlah kasus dari Our World in Data di University of Oxford, dia menyebut subvarian BA.2 telah hadir di kurang lebih 82 persen kasus COVID-19 di Denmark.
Sementara itu, pejabat kesehatan Denmark mengatakan berdasarkan data awal diperkirakan subvarian BA.2 memiliki kemungkinan 1,5 kali lebih mudah menular daripada Omicron original. Walau belum bisa dipastikan apakah menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Adapun di Inggris, subvarian BA.2 ada sekitar 9 persen pada kasus positif COVID-19.
Di mana berdasarkan analisis awal pelacakan kontak tanggal 27 Desember 2021 hingga 11 Januari 2022 yang dilakukan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) memperlihatkan penularan di rumah tangga lebih tinggi di antara kontak orang yang terinfeksi BA.2.
Dilaporkan ada 13,4 persen kasus BA.2. Kasus ini lebih tinggi dibandingkan dengan kasus Omicron lainnya yang hanya 10,3 persen.
Selanjutnya untuk diketahui, para ilmuwan melakukan pemantauan terhadap subvarian BA.2 dengan cara yang sama seperti varian sebelumnya. Contohnya pada varian Delta, yaitu dengan melacak jumlah genom virus yang dikirimkan ke database publik seperti GISAID.
Para ahli menyebutkan, seperti varian lainnya, jika seseorang terinfeksi BA.2, maka masih bisa dideteksi oleh alat tes virus corona di rumah.
Namun alat tes semacam ini tak bisa tidak menunjukkan spesifik varian mana atas infeksi positif tersebut.Adapun jika dilihat secara global, Omicron memang menyumbang 98,8 persen dari kasus infeksi COVID-19. Akan tetapi tingkat keparahan Omicron di setiap negara berbeda tergantung dari cara penangannya.
Namun untuk kasus BA.2 sendiri, WHO menyebut berpeluang lebih menular daripada BA.1 alias Omicron original yang sudah sangat menular.
Selain itu, sejauh ini tidak ada bukti bahwa BA.2 punya kemampuan menghindari kekebalan dari vaksin. Jadi penanganan terhadap varian ini harus lebih ekstra. ***