Bogordaily.net–Peperangan antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akhirnya buka soal konflik yang terjadi sejak Kamis, 24 Februari itu.
“Gagalnya kesepakatan gencatan senjata di Ukraina bukan hanya mendorong eskalasi konflik bersenjata tetapi semakin bertambahnya korban jiwa dan krisis kemanusiaan di Ukraina,” tulis Jokowi melalui akun Twitter resminya, Selasa, 8 Maret 2022.
Mengutip data Badan Pengungsi PBB (UNCHR), Jokowi menuturkan jumlah pengungsi akibat konflik Rusia vs Ukraina mencapai jutaan orang. Jika perang berlanjut, Jokowi khawatir hal itu akan memperparah situasi global.
“Apabila krisis berlanjut niscaya akan terjadi ‘krisis pengungsi terbesar sepanjang abad’. Inilah yang harus kita sama-sama cegah agar jangan sampai terjadi,” tulisnya lagi.
Jokowi juga menyayangkan kegagalan Rusia dan Ukraina menyepakati gencatan senjata meski sudah tiga kali menggelar negosiasi sejak invasi Moskow yang sudah berlangsung selama dua belas hari itu.
Lebih lanjut menurut Jokowi, kegagalan gencatan senjata tidak hanya mendorong eskalasi konflik bersenjata tetapi juga memicu bertambahnya korban jiwa terutama dari warga sipil.
“Perang adalah persoalan ego, melupakan sisi kemanusiaan, dan hanya menonjolkan kepentingan dan kekuasaan,” katanya.
Dilansir CNN Indonesia, Rusia dan Ukraina baru saja melakukan pertemuan putaran ketiga sebagai upaya mengakhiri peperangan pada Senin, 7 Maret 2022 malam waktu setempat. Namun, diskusi itu lagi-lagi tidak menghasilkan kesepakatan signifikan dari kedua pihak terutama soal gencatan senjata.
Dalam dialog yang berlangsung selama tiga jam tersebut, masing-masing negara setuju melanjutkan langkah pembukaan koridor kemanusiaan untuk warga sipil yang dievakuasi.
Rusia dan Ukraina juga sepakat untuk membantu warga sipil mendapatkan akses logistik. Namun, belum ada kesepakatan tentang kemungkinan gencatan senjata total.
Hal itu membuat pihak Rusia dan Ukraina berencana melaksanakan pertemuan keempat untuk membahas topik yang lebih penting untuk masa depan kedua negara.
Namun sampai saat ini, belum ada kepastian waktu dan tempat soal pertemuan keempat yang dimaksud. Belarus diperkirakan bakal menjadi lokasi dialog seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Di saat negosiasi berlangsung, Rusia tetap melancarkan serangan terutama kota-kota besar seperti Ibu Kota Kyiv.***