Bogordaily.net– Gunung Taal yang berada di sebuah danau indah di selatan Manila, Filipina mengalami erupsi Sabtu, 26 Maret 2022 pagi. Ribuan orang di dekat itu pun mengungsi usai gunung berapi itu meletus hebat.
Melansir CNN Indonesia, pihak berwenang Filipina mengevakuasi ribuan orang. Gunung itu erupsi, memuntahkan gas dan uap setinggi seratus meter.
Gubernur Provinsi Batangas Hermilani Mandanas mengevakuasi 14.495 penduduk dari daerah yang dekat gunung, Kota Agoncillo, ke wilayah yang lebih aman. Untuk membantu mengevakuasi warga, truk sampah pun dikerahkan. Sementara pusat evakuasi masih dipersiapkan.
Badan Seismologi dan Vulkanologi Filipina menetapkan status level 3 pada Gunung Taal, yang artinya intrusi magmatik di kawah utama dan dapat mendorong letusan berikutnya. Sebelumnya pihak berwenang juga telah memperingatkan jenis letusan kali ini berpotensi lebih berbahaya daripada tahun lalu.
Air di kawah Taal mendidih sebelum dan sesudah letusan dari video yang diposting di halaman Facebook badan seismologi. Magma bersentuhan dengan air kawah, yang berubah menjadi gas dan uap, yang dikenal sebagai letusan freatomagmatik.
“Freatomagmatic lebih berbahaya karena sudah ada interaksi dengan magma,” ujar kepala divisi pemantauan dan prediksi letusan, Badan Seismologi dan Vulkanologi, mengutip Reuters.
Badan Seismologi menyatakan Kota Agoncillo dan Laurel, yang terletak dekat Gunung Taal berada dalam bahaya letusan dan tsunami vulkanik.
Biro Bencana Nasional sudah memperingatkan gempa yang berkaitan dengan letusan gunung.
Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina dalam sebuah pernyataan yang dikutip AFP, kini memperingatkan akan terjadi letusan susulan yang dapat memicu aliran gas, abu dan puing vulkanik yang berbahaya dan bergerak cepat, serta tsunami.
Letusan awal diikuti aktivitas freatomagmatik yang mengeluarkan gumpalan awan panas sejauh 1.500 meter (4.900 kaki) ke udara. Baunya dilaporkan sangat menyengat hingga membuat warga kesulitan bernapas.
Menurut seismolog, Princess Cosalan, letusan freatomagmatik terjadi ketika batuan cair bersentuhan dengan air bawah tanah atau permukaan, fenomena ini seperti menuangkan “air ke panci panas”.
Cosalan menjelaskan abu vulkanik dan uap panas telah mereda dalam beberapa jam setelah ledakan awal, namun sensor di dekat lokas terus mendeteksi gempa vulkanik dan letusan lain.
Kepala badan geologi, Renato Solidum, mengatakan aktivitas letusan lebih lemah dari erupsi yang terjadi pada Januari 2020, ketika Taal melepaskan abu setinggi 15 kilometer dan memuntahkan lahar panas. Erupsi saat itu menghancurkan sejumlah rumah warga, membunuh ternak dan mencatat puluhan ribu orang mengungsi.
Usai erupsi Gunung Taal, polisi melarang setiap orang mendekati zona berisiko tinggi. Sedangkan otoritas penerbangan memperingatkan maskapai penerbangan dan pilot tentang potensi bahaya dari abu vulkanik di atmosfer.
Sementara itu Taal adalah salah satu gunung berapi terkecil yang aktif di dunia. Meskipun hanya berada di ketinggian 311 meter, letusan gunung itu tetap bisa menyebabkan kematian. Pada tahun 1911 lebih dari 1.300 orang tewas akibat letusan Taal.
Kemudian, pada Januari 2021 lalu, Taal memuntahkan abu dan uap setinggi 15 km ke langit. Sehingga memaksa lebih dari 100 ribu orang mengungsi. Selain itu, penerbangan juga banyak yang dibatalkan akibat hujan abu lebat di Manila.***