Bogordaily.net–Minyak goreng masih langka di sebagian wilayah di Tanah Air. Kementerian Perdagangan mengklaim produksi minyak goreng sudah mendekati kebutuhan sehingga kelangkaan terhadap produk tersebut seharusnya bisa teratasi paling lambat akhir Maret 2022.
“Persediaan sebenarnya tersedia. Selisih kebutuhan ini sudah mendekati normal. Akhir bulan ini secara teoritis sudah cukup,” kata Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan Didid Noordiatmoko dilansir dari Suara.com saat memantau operasi pasar minyak goreng di Pasar Alang-Alang Lebar Palembang.
Contohnya kata dia, seperti produsen minyak goreng di Sumatera Selatan, saat ini sudah memproduksi 300 ton per bulan atau sudah mendekati kebutuhan daerah ini. Jika pun terdapat selisih diperkirakan hanya 10 persen.
Lalu mengapa kelangkaan minyak goreng ini berlarut-larut? Didid menjawab ini lantaran kompleksnya persoalan dari hulu hingga ke hilir. Pemerintah secara bertahap menyelesaikan persoalan produksi hingga distribusi minyak goreng sehingga minyak goreng dapat diperoleh dengan mudah dengan harga yang terjangkau di masyarakat.
Namun kemudian muncul persoalan baru yang merupakan dampak dari kenaikan harga dan kelangkaan barang yakni panic buying. Karena kesulitan mendapatkan minyak goreng dengan harga yang terjangkau, kata Didid membuat masyarakat membeli melebih kebutuhan ketika mendapatkan kesempatan.
Padahal hasil riset menyebutkan kebutuhan minyak goreng per orang hanya 0,8-1 liter per bulan. Artinya, kini banyak rumah tangga menyetok minyak goreng.
“Tapi ini baru terindikasi,” ujarnya.***