Tuesday, 7 May 2024
HomeEkonomiKenaikan Harga Minyak Dunia Ditahan Perundingan Nuklir Iran

Kenaikan Harga Minyak Dunia Ditahan Perundingan Nuklir Iran

Bogordaily.net– anjlok 2 persen pada perdagangan Kamis, 3 Maret 2022, setelah menyentuh level tertinggi sekitar satu dekade terakhir. Penurunan harga minyak ini terjadi karena aksi jual meningkat di tengah harapan Amerika Serikat dan Iran akan segera menyetujui kesepakatan nuklir.

Mengutip Suara.com dari CNBC, Jumat, 4 Maret 2022, harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD2,47, atau 2,2 persen menjadi USD110,46 per barel.

Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melorot USD2,93, atau 2,6 persen menjadi USD107,67 per barel.

Laporan media menunjukkan Amerika Serikat dan Iran hampir menyelesaikan kesepakatan yang dapat membawa lebih dari satu juta barel per hari minyak, atau sekitar 1 persen dari pasokan global, kembali ke pasar.

Negosiasi untuk menghidupkan kembali pakta tersebut berlangsung selama 10 bulan di Wina. Diplomat diyakini berada dalam tahap akhir pembicaraan.

Namun, pada Kamis laporan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, menunjukkan stok uranium yang diperkaya yang dikumpulkan Iran melanggar kesepakatan nuklir 2015, dengan negara itu mendekati kemampuan untuk membuat bom nuklir.

Kepala IAEA Rafael Grossi akan mengunjungi Teheran, Sabtu, dalam upaya untuk menyelesaikan sejumlah masalah yang masih menggantung.

Pada perdagangan awal harga minyak mentah melonjak di sesi awal ke tertinggi multi-tahun di tengah kekhawatiran tentang Rusia, yang mengekspor 4 juta hingga 5 juta barel per hari minyak mentah, terbesar kedua di seluruh dunia di belakang Arab Saudi.

Setelah invasi Rusia ke Ukraina, perusahaan sekarang menghindari pasokan Rusia dan berebut minyak di tempat lain.

“Pasar minyak berada dalam explosive mood atas meningkatnya kemarahan terhadap Rusia,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.

“Orang-orang tidak ingin berurusan dengan negara yang melakukan kekejaman ini di Ukraina,” sambungnya.

Kedua tolok ukur itu meroket ke tingkat tertinggi multi-tahun selama sesi tersebut, dengan Brent melonjak ke posisi USD119,84, level tertinggi sejak Mei 2012 dan WTI mencapai posisi tertinggi sejak September 2008 di USD116,57.

Washington dan sekutu Baratnya memberlakukan sanksi terhadap Rusia, tetapi tindakan tersebut sejauh ini tidak menargetkan ekspor minyak dan gas Rusia. Putaran sanksi baru yang diumumkan Gedung Putih melarang ekspor teknologi penyulingan tertentu, mempersulit Rusia untuk memodernisasi kilang minyak.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here