Bogordaily.net–Jack Barsky yang merupakan mantan anggota Badan Intelijen Uni Soviet (KGB) mengungkapkan kondisi mental Presiden Rusia, Vladimir Putin usai memerintahkan militer menginvasi Ukraina.
Sama seperti Jack Barsky, Putin merupakan mantan anggota KGB. Ia lalu memimpin Rusia usai Boris Yeltsin mundur sebagai Presiden Rusia.
Barsky pun mencoba menerjemahkan kondisi mental Putin di balik pernyataan terbarunya kepada CNN. Salah satu yang menjadi penekanannya adalah pernyataan Putin yang mencap sejumlah orang Rusia yang pro-Barat merupakan pengkhianat negara.
“Barat akan mencoba mengandalkan kolom kelima, (mengandalkan) pengkhianat nasional, (mengandalkan) orang yang mendapatkan uang di sini, bersama kita, tetapi tinggal di sana. Dan yang saya maksud dari ‘tinggal di sana’ bukan pemaknaan dari sisi geografis, tetapi menurut pemikiran mereka, kesadaran budak mereka,” kata Putin dikutip CNN Indonesia dari CNN.
Barsky mengungkapkan Putin merasa amat gusar karena merasa ditinggalkan para elite Rusia di luar negeri. Pernyataan Putin juga dilontarkan kepada mereka.
“Dia (Putin) tidak sedang menyerang orang-orang biasa. Dia menyerang sejumlah oligarki (Rusia), terutama di London,” kata Barsky.
“Dia menyerang mereka karena dahulu ada di pihaknya. Sekarang tiba-tiba semua meninggalkannya karena gaya hidup mereka terancam (dengan keputusan Putin menyerang Ukraina),” sambung Barsky.
Kepada CBS News, Barsky juga mengatakan Putin saat ini berada dalam penjagaan yang amat ketat usai menyerang Ukraina. Meski demikian, ia menilai langkah Putin itu justru akan membuatnya terjerembab ke dalam situasi buruk.
“Anggap saja ia bisa bertahan dari sini, sebut saja tak ada kudeta melawannya dalam waktu lama. Tapi ia akan menghadapi masalah jika terus melakukan ini (invasi Ukraina) jika banyak tentaranya yang tewas. Ia akan mendapati Afghanistan,” jelas Barsky merujuk pada keruntuhan Uni Sovet usai menginvasi Afghanistan pada 1979.
Menurut Barsky, Afghanistan merupakan awal keruntuhan Uni Soviet. Dia menilai Ukraina mungkin saja menjadi awal berakhirnya Putin sebagai diktator.***